Laman

Minggu, 20 Mei 2012

cerpen " Harapan semu seorang pemimpin bag terakhir.

Awal kedatangannya di Irian jaya aziz sempat bingung melihat masyarakat yang begitu sederhana tetapi alam disana begitu asri, mempesona hati, sejuk untuk dirasakan, tidak ia temukan mobil maupun kendaraan mewah lainnya yang telah dipatenkan hanya untuk orang kaya. Begitu menentramkan hati pikirnya. Selama 1 tahun aziz menjadi guru Bhs. Indonesia yang cukup disegani dan dihormati karena sifatnya yang pandai bergaul, cerdas dan senang membantu sesama. Ditahun ke duanya aziz berkenalan dengan ulama Irian Jaya yang berasal dari Sulawesi, datang ke Irian Jaya demi menyebarkan agama Allah. Aziz memang beragama islam dia menjalankan perintah Allah seperti sholat, puasa, zakat, tetapi semenjak berkenalan dengan ulama Sulawesi, kyai Al-Quraisy, dia memutusakan untuk menjalankan syariat Allah yang ke lima yaitu naik haji Sepulangnya dari hajinya ia mengubah namanya menjadi Haji Abdul Aziz al-Qodier. Dengan tambahan nama serta statusnya sebagai haji meski umurnya masih 26 th. Warga Irian mengangkatnya sebagai lurah/pimpinan suku. Ia ternyata tidak melupakan impian awalnya untuk duduk dipemerintahan dan aktif menghadiri pertemuan antara lurah. Sehingga banyak kenalan dengan actor-aktor politik dan akhirnya dia berkecimpung di dunia partai, meninggalkan status PNSnya demi cita-cita. Dalam partai politik dia juga berkenalan dengan jodohhnya Nur Hayati dan menikah dalam usianya yang menginjak 30 th. Karir aziz dalam parpol cukup menonjol dan cepat melejit, hingga diangkat sebagai pinpinan parpol di tingkat kabupaten karena kecerdasannya dalam berbicara, kritis, dan berani memberi kritikan pada mereka yang dianggap salah. Pada usinya yang ke 33 H. Abdul Aziz al-Qodir mencapai cita-citanya duduk dikursi pemerintahan menjadi wakil rakyat sebagai anggota DPR. Dia memperhatikan kinerja para DPR berhubungan dengan para anggota DPR dan mencoba memasukan idiologinya sejak dulu tersimpan dengan aman di dalam pikiran dan hatinya, dan tak sabar ingin segera disampaikan dipemerintahan tentang rakyat Indonesia yang menangis. Apa yang terjadi? semuanya tinggallah angan-angan dan harapan kosong karena apa yang dibayangkan H. Abdul Aziz al-qodir sewaktu muda semunya meleset. Ternyata duduk di kursi pemerintahan tidaklah mudah. Bukan menyangkut bagaimana caranya duduk di kursi pemrintahan tetapi ini masalah bagaimana menjalankan setelah kita disitu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar