Laman

Kamis, 24 Mei 2012

puisi "Rasaku"

Hatiku luluh
Asaku luntur
Seakan langit runtuh
Kesejukan menjauh
Ketika hatinya tak peka
Pada rasa yang tersemat
Namanya terukur dalam-dalam
Secepat cahaya terhapus sudah

Selasa, 22 Mei 2012

puisi " Aku dan Hidupku"

Aku Dan Hidupku
Ingin aku menggapai bulan
Ingin aku mendaki gunung
Ingin aku lewati lembah
Ingin aku naik keujung ranting pohon
Ingin aku naik ke atap rumah
  • Aku ini pernah SD
  • Aku ini mantan SMP
  • Aku ini alumni SMA
  • Aku ini bertitle Sarjana
Melihat rumah mewah aku iri
Mendengar teman sukses aku dengki
Mencium kemewahan hidup, aku ingin
Namun hanya tempurung kelapa yang ku punya
Tanpa ada otak di dalamnya

cerpen " aku dan sekolah Masa Depan

Aku dan Sekolah Masa Depan Udara pagi itu terasa sejuk, aku terbangun karena kokokan ayam, dan lantunan merdu suara azan subuh yang berkumandang dari musholah sebelah asramahku. Aku merasa semangat hari ini, ku siap melangkah pasti, menatap dunia, hari ini adalah hari pertamaku menjadi guru SD Harapan Bangsa. Ku telah berdiri di depan pintu gerbang sekolah yang aku melihatnya luar biasa megahnya, hari ini aku sengaja berangkat lebih awal, sehingga wajar kalau yang ku lihat hanyalah keheningan pagi, tebararan dedaunan dimainkan angin. Aku terkagum dengan kemegahan bangunan sekolah didepanku, luar biasa, penataan kelasnya rapi, tanaman tertata indah, ditengan-tengah kelas yang melingkar terdapat kolam ikan dan taman, namun tetap ada lapangan yang digunakan untuk upacara dan olah raga, kalau ini kota Jakarta atau kota Metropolitan aku tak akan berdecap kagum, tapi mengingat bangunan ini berdiri kokoh di desa pinggiran kota kepulauan Irian jaya, benar-benar arsitek yang luar biasa pikirku. “selamat pagi ibu,, apakah ibu guru baru disekolah ini? Aku terkaget mendengar suara lembut gadis kecil yang tak ku tahu asalnya, tiba-tiba dia telah ada disampingku dan menyapaku. Kulihat sepintas wajahnya, gadis yang manis pikirku, namun akupun terheran dengan penampilannya, bajunya kumal, tak bersepatu hanya beralas kaki, di bahunya tersemat benang yang menyanggah buku kecilnya dan pencil di tangannya, aku terbengong beberapa detik. Belum sempat ku jawab sapaanya, ia keburu pergi bersama temannya yang serupa. Akupun penasaran dan mencoba mengikutinya dari belakang.mereka berjalan sambil bercanda dan sesekali ku lihat mereka tertawa, berjalan mendekati kantor, masuk ke lorong hingga sampai pada bangunan dibelakang kantor, dan mereka menghilang dibalik pintu itu. Aku ingin melihat ada apa dibalik pintu itu, namun aku mendengar suara dari belakang “ selamat pagi ibu sri, apa yang sedang ibu lakukan disini? Ia adalah kepala sekolah ini, wajah kriputnya, dan rambunya yang sudah beruban, namun wibawanya yang tinggi, aku sudah merasa nyaman dengan Beliau ketika pertama kali bertemu waktu wawancara kemari. Ku putar badanku, dan ku jawab dengan senyuman, “pagi pak, tidak pa, Cuma memperhatikan anak-anak saja” ia memberiku tanda mengikutinya, aku pun berjalan disampingnya, “bagaimana pendapat ibu, tentang sekolah ini” aku tersenyum mendengar itu, dan berkata”sekolah ini luar biasa pak, bangunannya tertata dan mega, namun tetap asri, nuansa cinta pada alam tetap terjaga, itu terbukti dengan banyaknya pohon-pohon produktif yang tetanam di kekeliling taman sekolah seperti, mangga, rambutan dan jambu, bahkan binga-bungapun tertata indah dimasing-masing kelas yang mengelilingi taman, benar-benar arsitek yang patut diancungi 4 jempol pak” ku lihat pak Rohmat Cuma tersenyum. Tak kusangka aku telah berdiri di depan kantor guru, ukuran 10x7M, cukup luas pikirku, dengan meja guru berjumlah 15 membentuk lingkaran yang ditengahnya ada perlengkapan air minum dan makanan kecil yang akan disediakan tiap paginya dan tiap guru dapat mengambil sendiri sesuai keperluannya, selain itu disudut-sudut ruangan ada beberapa lemari arsip maupun lemari khusus majalah atau buku-buku bacaan ter up to date, dan beberapa pot sebagai penghias, sungguh luar biasa. Ku ditunjukan mejaku oleh beliau, mejaku posisinya seperti angka 7 pada angka jam, sedangkan pak Rohmat menempati angka 12, dan ke 3 meja yang lain ada belakang angka 7,6,dan 5, didesain sedemikian rupa agar ketika rpat semua mata tertuju pada wajah wibawa kepala sekolah, tak lupa papan white board ada dibelakang meja kepala sekolah, semunya tertata tepat pada tempatnya. Aku mendekati pak rahmat yang sedang sibuk mempersiapkan materi pelajaran, dan memilah-milah buku yang akan dibawanya untuk mengajar. “bapak mengajar dikelas apa pak?” tanyaku padanya membuka percakapan “ kelas orang tua, ibu-ibu dan bapak-bapak dilantai atas” aku terbengong, tak percaya, ternyata sekolah ini juga mengajar orang tua, seakan beliau tahu maksud hatiku, ia menambahi” sekolah ini didirikan bukan hanya untuk anak-anak usia sekolah dasar, namun hingga Smkpun ada, bahkan kami membuka 1 kelas khusus orang tua, dan masing-masing guru bertanggung jawab terhadap kelasnya masing-masing. Saya tahu ibu Sri hanya membaca papan nama di depan gedung yang bertulisan SD Harapan Bangsa, namun tak melihat sebelah selatan yang bertulisan SMP dan SMK serta kelas Manula” mendengar penjelasannya, aku semakin kagum dengan skolah baruku ini. Lebih-lebih pada sosok kepala sekolah yang menjadi idolaku sekarang. Tetapi aku masih berpikir sudah jam 7 namun guru-guru masih belum datang, dan pelajaranpun belum juga dimulai, ku lihat jam tanganku berkali-kali, dan pak rahmat seolah tahu maksudku, ia tersenyum dan berkata sambil memberiku jadwal waktu dan kegiatan yang biasa dilakukan dan arus aku lakukan” ibu sri, di sekolah ini berbeda dengan sekolah-sekolah lain, si sekolah ini jam pertama pelajaran dimulai setengah 8, kemarin waktu wawancara, saya lupa menyampaikan ke saudara, oleh sebab itu saya sengaja datang lebih awal, karena saya yakin, Saudara datang lebih awal, dan kelas yang akan Saudara ajar adalah kelas yang saudara berdiri didepan pintunya, di belakang kantor ini.” Mendengar kalimat terakhir itu aku terdiam dan berpikir, jangan-jangan murid yang akan ku ajar dalah mereka anak-anak tadi, seolah mempunyai indra ke enam beliau dapat membaca pikiranku dan tersenyum sambil mengangukkan kepalanya. Ku lihat guru-guru mulai berdatangan masuk ke ruangan dan silih berganti, akupun diperkenalkan oleh pak rahmat kepada mereka, mereka adalah guru-guru yang luar biasa, kesan pertamaku kepada mereka adalah ramah, sosialisasinya bagus, mempunyai semangat pendidik yang tinggi, tertlihat dari grafik kehadiran guru di papan depan, dan kompetennya mereka dalam bidang ilmunya masing-masing, sehingga mereka ditempatkan kelas ajarnya sesuai dengan bakat dan minat masing-masing. Lagi-lagi terkagum dengan kepala sekolahku yang satu ini, ia telah menempatkan The R ight man in The right place. Selain itu yang pasti mereka adalah guru-guru yang datang dari berbagai daerah dengan misi Membangun Bangsa melalui perbaikan pendidikan bagi anak-anaknya sebagai calon generasi penerus. Bel pelajaran pertama telah dimulai, tak sabar aku ingin segera berjumpa dengan murid-muridku, terutama gadis manis yang menyapaku di depan pintu gerbang. Aku telah berdiri di daun pintu ruang kelasku, ku baca papan namanya bertuliskan “Benih Kejayaan bangsa” lucu pikirku. Ku buka perlahan pintu kelasku, terasa sebuah cahaya perlahan menyerangku, namun pelan-pelan pudar dimakan kesejukan kelas itu. Ku layangkan pandanganku sambil berjalan pada wajah-wajah yang tengah duduk rapi, dengan keheningan, setiap mata melihat langkahku hingga aku merasa seperti ratu yang berjalan dan semua rakyatku menyambutku, namun ku sadar aku bukanlah seorang ratu, maka ku ku sapa mereka sambil ku letakkan tas dan buku dimeja kelasku. “ selamat pagi anak-anak” dari depanku ku lihat gadis manis itu berdiri dan diikuti seluruh penghuni kelas, dan serempak setengah berteriak” Assalamualaikum wr.wb” aku tersenyum, ternyata aku salah mengucapakan salam, ku jawab “walaikum salam wr.wb” ku lihat mereka mulai duduk, dan setelahnya ku lihat beberapa anak mulai berbisik, aku tahu mereka pasti belum pengenalku, maka akupun berdiri dan memperkenalkan diri dihadapan mereka. Namun sekali lagi sifat mereka membuatku tercengang, ketika ku bertanya bagaimana kabarnya, secara serentak tak diberi komando, mereka mengepalkan tangannya dan menjawab “Alhamdulillah, luar biasa, Allahuakbar” benar-benar anak-anak yang luar biasa, siapa gerangan yang mengajarkan mereka pembiasaan yang baik ini? Aku pun bertanya pada mereka, dan hampir serempak mereka berkata Pak Rohmat, aku benar-benar kagum padanya. Hingga telah sampai waktu istirahat, aku hanya mengisi waktuku untuk saling berkenalan satu sama lain dan saling bercerita pengalaman pribadi, dari situ aku mengetahui keadaan mereka, bahwa mereka adalah anak-anak yang berkeinginan sekolah setinggi-tingginya, namun kondisi orang tua tidak mendukung, keadaan memaksa mereka membagi waktu untuk berkerja dan bersekolah. Selain itu aku baru tahu nama gadis manis tadi, namanya Lintang, dia ketua kelasnya. Lagi-lagi aku terkagum dengan aturan sekolah baruku, ketika waktu istirahat, murid-murid mendapat makan dari sekolah, mereka tidak membeli makanan di kantin atau warung karena memang tidak ada, sekolah melarangnya jika ada yang berjualan, karena agar murid-muridnya benar-benar konsentrsi dalam belajar dan dapat menabung serta berhemat. Yang unik dari makan yang disediakan sekolah adalah peraturan yang mengharuskan setiap muridnya membagi makanan yang didapat pada ke 3 temannya secara bergilir, hinnga semua teman 1 kelas dapat merasakan pemberiannya, dan agar teratur serta tidak lupa ada buku pemantauannya sehingga tidak akan ada murid yang mendapat makanan dari teman yang sama untuk ke dua kalinya dalam batas waktu yang singkat. Luar biasa sekali, sekolah ini benar-benar menekan persaudaraan. Aku tersenyum melihat pola lucu dan menggemaskan dari murid-muridku, seakan ku lihat kejayaan Bangsa ini ditangan-tangan mereka. Hari ini jam belajar hanya sampai jam 11, dan saya rasa memang, hampir setiap hari mereka sekolah sampai jam 11, kecuali untuk kakak kelas mereka yang SMP dan SMK, mereka harus bersabar hingga matahari bergeser ke barat beberapa derajat. Ku tata semua buku dari mejaku dan bersiap berdiri memberi salam dan pulang, namun sekali lagi aku tersentak, secara reflek Lintang berdiri dan diikuti semua temannya, memberi salam dan berdiri menyalamiku saru persatu, hingga semua kelas kosong di tinggal penghuninya. Seolah mereka mengajariku secara tidak langsung kebiasaan membuka kelas dan menutup kelas, aku hanya terdiam dan tersenyum, ternyata aku yang terakhir datang harus terakhir pula pulangnya. Ini merupakan hari yang menyenangkan bagiku, berkenalan dengan sekolah yang luar biasa yang di dalamnya terdapat kepala sekolah dan guru-guru serta murid-murid yang tak kalah luar biasa, hingga dalam hati aku berkata, aku akan betah disekolah ini.

Minggu, 20 Mei 2012

cerpen " Harapan semu seorang pemimpin bag terakhir.

Awal kedatangannya di Irian jaya aziz sempat bingung melihat masyarakat yang begitu sederhana tetapi alam disana begitu asri, mempesona hati, sejuk untuk dirasakan, tidak ia temukan mobil maupun kendaraan mewah lainnya yang telah dipatenkan hanya untuk orang kaya. Begitu menentramkan hati pikirnya. Selama 1 tahun aziz menjadi guru Bhs. Indonesia yang cukup disegani dan dihormati karena sifatnya yang pandai bergaul, cerdas dan senang membantu sesama. Ditahun ke duanya aziz berkenalan dengan ulama Irian Jaya yang berasal dari Sulawesi, datang ke Irian Jaya demi menyebarkan agama Allah. Aziz memang beragama islam dia menjalankan perintah Allah seperti sholat, puasa, zakat, tetapi semenjak berkenalan dengan ulama Sulawesi, kyai Al-Quraisy, dia memutusakan untuk menjalankan syariat Allah yang ke lima yaitu naik haji Sepulangnya dari hajinya ia mengubah namanya menjadi Haji Abdul Aziz al-Qodier. Dengan tambahan nama serta statusnya sebagai haji meski umurnya masih 26 th. Warga Irian mengangkatnya sebagai lurah/pimpinan suku. Ia ternyata tidak melupakan impian awalnya untuk duduk dipemerintahan dan aktif menghadiri pertemuan antara lurah. Sehingga banyak kenalan dengan actor-aktor politik dan akhirnya dia berkecimpung di dunia partai, meninggalkan status PNSnya demi cita-cita. Dalam partai politik dia juga berkenalan dengan jodohhnya Nur Hayati dan menikah dalam usianya yang menginjak 30 th. Karir aziz dalam parpol cukup menonjol dan cepat melejit, hingga diangkat sebagai pinpinan parpol di tingkat kabupaten karena kecerdasannya dalam berbicara, kritis, dan berani memberi kritikan pada mereka yang dianggap salah. Pada usinya yang ke 33 H. Abdul Aziz al-Qodir mencapai cita-citanya duduk dikursi pemerintahan menjadi wakil rakyat sebagai anggota DPR. Dia memperhatikan kinerja para DPR berhubungan dengan para anggota DPR dan mencoba memasukan idiologinya sejak dulu tersimpan dengan aman di dalam pikiran dan hatinya, dan tak sabar ingin segera disampaikan dipemerintahan tentang rakyat Indonesia yang menangis. Apa yang terjadi? semuanya tinggallah angan-angan dan harapan kosong karena apa yang dibayangkan H. Abdul Aziz al-qodir sewaktu muda semunya meleset. Ternyata duduk di kursi pemerintahan tidaklah mudah. Bukan menyangkut bagaimana caranya duduk di kursi pemrintahan tetapi ini masalah bagaimana menjalankan setelah kita disitu.

Jumat, 18 Mei 2012

cerpen Bayangan Cinta

BAYANGAN CINTA Kokokan ayam jantan telah lama lewat, suara azan shubuhpun telah memanggil sejak tadi, hatiku tak mau bangun, pikiranku masih kalud dengan sikap Arya padaku, dan,hatiku terasa sesak serta galau, hingga membuat mataku terasa berat tuk kubuka meski aku yakin matahari telah menampakkan cahayanya semenjak tadi. Sejenak aku bertanya pada diriku yang buta ini, kenapa dia tega menyiksa kalbuku, menggantungkan cintaku padanya dan membuatku memikirkan setiap hari tentangnya, meski jelas beleum tentu ia memikirkanku, yang pasti sikapnya kemarin padaku menumbuhkan benih kebencian dalam hatiku. Meski ku tak yakin kebencian itu mampu menghapus namanya dalam kalbuku. Arya Prasetya, dia satu-satunya laki-laki yang ketika melihatnya, hatiku menjadi tenang, ingin sekali terus menatapnya, bercanda bersamanya,serta berbagi cerita dengannya. Aku mengagumi sikapnya, gaya bicaranya yang kalem, sopan, dan karismatiknya yang tinggi, selain itu wajahnya juga lumayan, menjadikan penyemangat diriku untuk selalu ke kampus. Dari awal kuliah hingga sekarang semester 4, aku masih belajar mencintai progam studiku, pendidikan Administrasi Perkantoran, kalau bukan karena Dia yang memutuskan, dan kalau saja aku boleh memilih tentu jurusan pertanian yang aku ambil dan akupun tak perlu membuang waktuku serta selalu belajar menyatukan perasaanku untuk mencintainya. Dari luar kamar terdengar suara ibuku yang berteriak membangunkanku, “Syah,cepetan bangun, nanti kamu terlambat kuliah” “Iya bu” Sulit sekali membuka mataku, membangunkan badankupun terasa berat, sikap arya membuatku membencinya, kadang aku bertanya “Apa yang salah dariku? Kenapa sikapnya seolah-olah membenciku?” Hari ini malas sekali aku kuliah, tapi aku sangat sayang ibuku, beliau telah berkerja keras sebagai single parent tentulah tidaklah mudah, aku telah berjanji dalam hatiku, kalau seumur hidupku aku tak mau mengecewakannya, dia lentera hidupku, meski penyemangatku telah mati, namun lenteraku masih menyala, aku masih dapat berjalan dalam kegelapanku. Ku putuskan untuk kuliah. Ku lihat ibuku telah bersiap dengan topi lebar terbuat dari anyaman bambu yang tertempel dikepalanya, serta sebotol air minum dan sebungkus nasi untuk makan siangnya terpengang di tangan kirinya. “Syah, ini uang saku untuk ke 2 adikmu ya, Nina dan Budi” katanya padaku. Ingin rasanya aku bercanda”kalau uang sakuku mana, bu” tapi rasanya hati ini tak tega, aku sudah sangat bersyukur dengan karuniaNya padaku, diizinkan kuliah tanpa biaya pendidikan sepeserpun, meskipun aku harus rela terperosok pada jurusan yang tidak aku impikan apalagi aku cita-citakan. Kuperhatikan pundak ibuku yang berjalan menuju ladang, ke dua kakinya yang kecil, serta usianya yang tak muda lagi, lebih-lebih kelelahan single perent yang dirasakannya 2 tahun sepeninggal ayahku, rasanya tak sanggup hati ini mempermainkan masa depan dipundakku. Setelah memberikan uang saku untuk ke dua adikku, akupun bergegas pergi ke kampus. Jarak kampus dari rumahku Gunung Kidul 3 km, masih dapat ku kayuh bersama sepeda kesayanganku, pembelian ayah waktu SMA. Kusandarkan sepeda biruku dideretan parkir khusus sepeda, tiba-tiba Arya dengan buku tebal berjudul“Kepemimpinan” ditangannya, lewat didepanku, tanpa menyapa. Menyebalkan pikirku, tapi entah kenapa meski ia cuek sekali denganku, bahkan akupun pernah menyapanya, ia berpura-pura tak tahu,menjadikan sejenak hati ini sakit, tapi aku tak sanggup menghapus namanya dalam hatiku. Aku hanya bisa memujanya dalam diamku. “Syah, tunggu, bareng” terdengar suara Nisa teman karibku dari belakang, kubalikkan badanku, ku lihat dia telah berlari kecil menuju arahku dengan tas merahnya serta snak ringan di tangannya. Aku tak merasa kaget kalau yang ditangannya itu makanan, justru aku akan kaget jika yang di tangannya itu buku. Dengan nafas terputus-putus karena harus berlari kecil membawa badan suburnya, tentu membuatnya kelelahan, ia berkata”Tugasku makul makul”Kepemimpinan” belum selesai,aku boleh nyontek tugas kamu ya?Please, Aisyah temanku yang cantik, ok?” mendengar rayuannya, membuat telingaku geli”iya, tapi tugasku tak menjamin benar semua, karena kaukan tahu, aku mengerjakan tugas sebatas mengerjakan” jawabku sambil tertawa. Ku lirik wajahnya, iyapun tertawa sambil berkata”ga masalah bagiku yang penting ngumpulin tugas, lebih baik mengerjakan tugas dan salah daripada ga ngumpulin sama sekali, ya toh?” ku hanya tersenyum, kamipun berjalan ke kelas kami. Ku lihat dari jauh, Arya sedang duduk didepan kelas, bersama Mutia, gadis tercantik kelasku. Bingung aku hendak bersikap bagaimana di dpannya, ku alihkan saja dia dan hatiku, berbicara tanpa henti dengan Nisa, dan berpura-pura tidak memperhatikan Arya, meski sejujurnya melihatnya bersama Mutia, aku merasa cemburu, tapi aku sadar, aku hanyalah penggemar gelapnya, yang tak seorangpun tahu, bahkan Nisapun tak tahu, karena ini menjadi rahasiaku dengan Allah. Tak sampe 5 menit aku dan Nisa duduk didalam kelas, dari luar, teman-teman yang awalnya di luar, berbondong-bondong masuk kelas, itu menunjukan dosen telah datang dan kuliah segera dimulai. Ku lihat Arya dan Mutia masuk kelas bersamaan, ku alihkan saja mengajak ngobrol Nisa. Dosen memerintahkan untuk dikumpulkan sebelum presentasi. Semua tugas telah tertumpuk dimeja dosen, hari ini giliran kelompok Arya yang maju ke depan dan mempresentasikan hasil wawancaranya dengan pihak kelurahan, tentang kepemimpina. Subhanallah, penampilannya hari ini, keren sekali, intonasi suaranyapun stabil dan berwibawa, cukup lama aku memperhatikannya menyampaikan materi, tapi setelah ku tersadar, akupun merasa malu, segera ku alihkan pandanganku pada buku bacaan yang semenjak tadi menempel di tanganku. Semoga saja Nisa yang duduk disampingku tidak sadar dengan sikapku padanya. Telah dibuka sesi pertanyaan, Nisapun mengangkat tangan dan bertanya, tetapi ia kurang pandai menyusun pertanyaanya, sehingga Arya, Mutia, dan Teman-temannya sulit membaca maksud Nisa, aku temannya, akupun paham maksud pertanyaan Nisa, dan sialnya aku disuruh Pak Joko menjelaskan maksud pertanyaan Nisa. Wajah Arya mengahadap padaku, sempat mata ini saling bertemu, konsentrasiku sempat buyar, ku layangkan pandanganku pada Mutia yang sedang mencatat pertanyaan. Jantungku berdetak keras, darahku mendidih, kringat dingin membasahi wajahku, sungguh aku nerves saat matanya menatapku. Ku coba bersikap wajar, ku dengarkan jawaban Arya menjawab pertanyaan Nisa tadi, jawabannya simple namun berbobot, membuatku semakin mengaguminya, sehingga tak mampu membencinya. Kulianya pak Joko telah selesai, akupun bersiapun untuk kuliah selanjutnya yaitu sosio Antopologi. Ku lihat Adil maju ke depan kelas dan berkata“Teman-teman ini ada tugas diskusi dari Bu Nurul, bahwa beliau tidak bisa mengajar karena sakit, ini sudah dibagikan anggota kelompoknya masing-masing” ku tak memperhatikan nama-nama kelompok yang seddang ditulis sekretaris kelas di depan, aku lebih konsentrasi membuat puisi dengan judul”Pantaskah aku untuknya”. Nisa memegang pundakku dan berkata”kamu satu kelompok dengan Arya, Vina dan Mutia”mendengar kata Arya disebutkan akupun kaget dan terdiam, tak ku tanggapi infonya, tapi aku bertanya dalam hati, kenapa harus ada Mutia. “Mutia dan Arya seperti berjodoh ya, Syah? Satu kelompok terus, bahkan aku dengar mereka kemarin jadian, cocok sih, Arya ganteng, Mutia juga cantik” terasa runtuh hati ini, pikiranku semaput, jantungku behenti sejenak, nafasku sesak, dan darahku panas, terasa tidak percaya dengan omongannya Nisa, namun ternyata kabar itu membuktikan kebenaran kabar burung beberapa waktu lalu, bahwa Arya mencintai salah satu wanita di kelasku, ternyata wanita itu Mutia. Aku tak berminat lagi mengikuti kuliah ini, biarlah tugas diskusi aku kosong, yang pasti aku ingin pulang. Ku bawa tas dan bukuku, segera tanpa ijin ataupun bicara, hanya ku beri tanda pada Nisa bahwa aku pulang, akupun berjalan dengan ketegaran nampaknya, namun dengan hati yang runtuh menerima kenyataan. Kakiku terasa lemas, berjalanpun terasa tak berenergi, aku hendak pulang, meski kaki ini berat untuk dilangkahkan, akupun berjalan ke tempat parker sepeda, 10 meter lagi hendak sampai, tetapi mataku tertuju pada musholah mungil, akupun mengurungkan diri untuk pulang, tapi aku putuskan menenagkan diri di mushola itu. Tak ku lihat satupun orang didalamnya. Jam menunjukan jan 10.47, masih ada waktu untuk sholat sunah Dhuha, segera ku ambil wudhu dan bergegas melakukan sholat 2 rokaat. Hatiku sedikit tenang mengingatNya, ku sempatkan tuk berdo;a padaNya, bertanya tentang sikapku yang mengaguminya, apakah ku salah? Ku tahu Mutia masih diatasku, dia lebih cantik dari pada aku,selain itu dia pintar, senyumnya manis, badannya seksi, sedangkan aku hanyalah wanita biasa. Allah kalau ia bukan untuk ku izinkan aku tuk melupakannya, izinkan aku untuk menghapus namanya di hatiku, izinkan aku tuk berhenti memikirkannya. Amin. Belum sempat kurapikan mukena yang membungkus badanku, tiba-tiba Arya telah berdiri di pojok sudut mushola, kakiku gemetaran, badanku sedikit menggigil,perasaanku sejenak menjadi kalud, aku benar-benar takut, jangan-jangan dia mendengar do’aku. Ku mencoba untuk tenang dan berpura-pura tidak tahu, segera ku rapikan mukenaku dan akan bergegas pulang. Ku lihat Arya berjalan ke araku dan berkata “Syah, kamu sama dengan Mutia, namun, kamu libih dekat denganNya, itulah nilai lebihmu, I Love You” sarafku berhenti sejenak mendengar itu, ku coba tuk berpikir logis, mukin ia Cuma bercanda atau salah ngomong,bukankah dia telah berpacaran dengan Mutia, dan ternyata ia mendengar setiap kata yang ku aduakn padaNya dalam do’aku. Ku bertanya padanya dengan keluguan “Ap Ar? Jangan bercanda, cinta bukanlah permainan dan lelucon” “apa maksudmu Syah? Aku benar-benar mencintaimu sejak lama. Namun ku hanya bisa menyembunyikan perasaanku lewat kecuekanku padamu. Baru kali ini ku bisa mengungkapkan perasaanku” mendengar jawabannya, sulit aku mempercayainya, akupun bertanya”kenapa tiba-tibakau disini, bukannya ada tugas diskusi? Ku lihat ia masih berdiri depanku dengan mata menatap tajam ke wajahku ku dengar ia berkata”aku menyusulmu, melihat kau pergi dengan raut wajah kekecewaan, akupun bertanya pada Nisa, katanya kau pergi setelah mendengar kata Mutia yang bersemayam di hatiku, padahal nama wanita yang terukir dihatiku adalah kamu, saya minta maaf,dengan sikapku yang angkuh padamu, tapi sejujurnya itu ku lakukan karena menyembunyikan perasaanku, aku terlalu takut, cintaku bertepuk sebelah tangan, jadi ku ku piker dengan kecuekanku padamu perlahan bisa melupakanmu, aku merasa tak pantas untukmu, sebagai wanita, kau terlampau sempurna, selain wajahmu secantik bidadari, kau juga mempunyai hati bagai malaikat, tapi setelah hari ini ku tahu, kau juga mempunyai perasaan yang sama denganku, aku bersyukur pada Allah. Hatiku telah tenang, semoga kita berjodoh, nantinya” ”subhanallah” hanya kata itu yang terucap dari bibirku mendengar pengakuannya. Sejenak aku tersadar,ternyata aku telah berdosa, membiarkan setan mempermainkan hatiku, hingga aku lupa bahwa aku telah berjanji dengan almarhum ayahku, bahwa dalam kehidupanku tak ada pacaran sebelum menikah, yang ada hanya pacaran setelah menikah. Mukena telah ku rapikan, hatiku telah tenang, tak ada perasaan yang mengganjal di jiwaku, ku katakan padanya” makasih Ar, kau telah mengingatkanku, arti sebuah keyakinan dan penghormatan, setidaknya sekarang kita sama-sama mengetahui perasaan kita masing-masing, kau perduli padaku, dengan pura-pura cuek kitika bertemu, agar ku tak terjerumus dalam lingkaran setan, dan tak terpedaya nafsu, , ternyata itu sebabnya meski sifatmu menyebalkanku namun ku tak sanggup membencimu, ternyata Allah lebih tahu” ku lihat ia tersenyum dan berkata”Alhamdulillah, kalau demikian, kita mempunyai pikiran yang sama, mulai besok aku akan pergi ke Amerika selama 1 tahun, pertukaran mahasiswa. Ku titipkan kau padaNya, dan aku minta percayakan hatiku padaNya pula, kalau kita berjodoh, yakinlah Allah akan mempersatukan kita” ucapannya menggetarkan hatiku, ku hanya mampu menundukan wajahku dan tersenyum simpuh, tanda aku menyetujuinya. Ku lihat ia menyodorkan selembar kertas bertinta, ku terima kertas itu, setelahnya, iapun pergi dengan mengucap salam. Ku lihat pundaknya dari belakang, seperti ayahku, berjalan meninggalkanku sendirian di musholah. Aku mencari tempat yang nyaman untuk duduk, meresapi untaian kata di kertas pemberiannya. Di samping musholah ku melihat pohon mangga dengan kursi kayu dibawahnya. Kamukah yang ku cari kalimat itu yang tertera dibagian atas, ku pikir ini sebuha puisi. Hatiku bergetar melihatmu, wajahmu secantik bidadari, hatimu semulia malaikat, aku malu pada diriku, lidahku membisu tuk menyapamu, namun mataku tak sanggup berpaling ketika melihatmu, tulang rusuk kiriku telah hilang, semoga kau mampu menggantinya. “subhanallah, semoga kita berjodoh” kataku dalam hati. Ku bergegas tuk pulang, ku ingin minta maaf dan menceritakan hari ini pada ibuku, tak mau ada hal yang ku tutupi darinya, karena ku sadar, semenjak ku mengagumi Arya, tetapi kecuekannya yang ku dapatkan, sifatku di rumah berubah, seperti bukan diriku sebenarnya.

Cerpen "Adikku dan Epilepsy"

ADIKKU DAN EPILEPSY Aku termenung disudut rumah sendiri berteman buku pelajaran yang membosankan bagiku. Besok aku ujian, ya begitulah umumnya mahasiswa, belajar giat ketika dekat waktu ujian. Akupun menjadi mahasiswa pada umumnya, bagiku belajar jauh-jauh hari itu tidak evektif , tidak ada tenaga pendorongnya, bagaimanapun aku percaya The power of kepepet. Belum sempat aku membaca, dan menghafal serta memahami buku itu, pikiranku keburu mubeng melihat buku-buku tebal tertumpuk di depanku, dan semangatkupun menjadi pudar. Akupun berdiri, dan berjalan ke dapur, berharap ada makanan yang dapat menemaniku belajar. Ku lihat di dapur jajanan pasar, makanan khas desa, seolah memanggil ku untuk mengambilnya, dan memakannya. Aku telah memegangnya dan hendak ku cicipi, belum sempat makanan itu menempel lidahku, aku terkaget mendengar suara,,,Prak,, Debog.. dari depan rumah. Aku segera berlari menuju sumber suara, ku lihat adikku Bambang Irawan telah tergeletak, kejang-kejang, meronta dan keluar busa dari mulutnya. Keempat adikkupun berkerumun ingin membantunya, tapi mereka hanya sebatas melihat, karena sudah ada ibuku yang membantu mengusap busa dimulutnya serta memiringkan kepalanya agar aliran nafasnya tidak sumbat. Mukin adikku hanya bisa melihat tapi aku masih bisa membantu ibuku meluruskan kakinya, mengambil bantal untuk sandaran kepalanya serta menbantu mengangkatnya ke lantai. Sebenarnya kalau tanpa dipindahkan tidak masalah, namun ibuku terlalu kasihan membiarkan adikku tergeletak tak berdaya diatas pasir, halaman rumah. Ku lihat adikku Bambang telah berangsur membaik, nafasnya tidak terengah-terengah lagi, busa dari mulutnyapun terhenti, dan setelahnya iapun tertidur, melepas kelelahan melawan kejang epilepsy yang bersemayam di dalam dirinya. Ku lihat ibuku berjalan ke dalam rumah dan kembali membawa selimut dan ia tutupkan di atas badan adikku yang malang itu. Aku melanjutkan belajarku yang tertunda karena makanan dan adikku. Sekarang ada makanan disamping buku-buku yang akan ku pelajari, namun pikiranku tak sanggup ku buka lagi, tertlalu penuh dengan bayangan-bayangn adiku tadi. Memang benar, nasibnya teralu malang, pikirku, ia tak bisa hidup normal seperti kami, kakak dan adik-adiknya, maupun hidup normal seperti orang lain, tak dapat bermain bebas, dan ruang geraknyapun terbatas, sehingga terpaksa ia harus ikhlas bersetatus tamatan SD, sedangkan aku kakaknya dapat bersekolah hingga menjadi mahasiswa, 2 adiknya pelajar SMP, 1 anak SD dan yang bungsu belum bersekolah. Kami 9 bersaudara, aku anak ke 4 dan ia anak ke 5, anak penengah yang diharapkan menjadi tempat memecahkan seetiap persoalan keluarga, tetapi melihat kondisinya yang demikian, akupun ragu, ia dapat berperan sebagai penegah Kami kakak beradik, namun, jarak kelahiran kami yang terlampau dekat, hanya 1 tahun, serta, hari lahir kami yang sama, menjadikan kami mempunyai banyak persamaan dan seolah anak kembar. Ikatan batinku dengan dia lebih rekat dibandingkan ikatan batinku pada ke 4 adikku yang lain, meski kami kadang saling iri dan sering kali bertenngkar, dan ketika kami bertengkar, ibuku yang mererai, karena kakak-kakakku merentau dan ayahku selalu diladang dari padi hingga sore. Itu dulu, ketika aku masih anak-anak dan ketika epilepsy yang bersemayam dalam dirinya belum separah sekarang. Waktu kecil ia masih dapat bermain, berlari-lari bersama teman-teman sekolah SDnya, keceriaanya terputus ketika ia menginjak kelas enam SD. Tak tahu asalnya dari mana penyakit itu datang, ayah dan ibukupun tak tahu, apalagi aku. Kelas 2 SD, kulihat dari hidung bambang adikku, keluar darah yang tak henti-henti, malamnya ia kejang, dari keluarga sudah membawanya ke puskesmas, karena kami hanya mampu membawa ke puskesmas. Setiap hari khususnya malam, adikku kejang, tak lama hanya kurang lebih1 menit, sehari 2 kali waktu itu. Namun sekarang setiap tahun, presentasi waktu kejangnya semakin padat. Hingga pada usianya yang hampir 18 thn setiap harinya tak kurang dari 20 menit, ia kejang dan mengeluarkan busa bahkan setiap malam ia membangunkan kami dengan menjerit dan berteriak sendiri, setelah paginya kami bertanya padanya, ia tak sadar berteriak atau bahkan tak sadar membentak ibuku, orang yang selalu membantunya dan ada disampingnya. Ia kehilangan kesadaran mungkin selain epilepsy yang bersemayam di badannya, aku pikir, setan atau jinpun ikut singgah di raganya Tidak setiap malam ia berteriak dan membantak kami, biasanya pada saat-saat tertentu, atau pada kondisi tertentu, misalnya pada saat ia paginya terlalu kelelahan mencari kayu bakar, atau karena ia melakukan ibadah, sehingga kami pikir ketika ia mau sholat dan berzikir kepada Allah, seolah di dalam dirinya ada yang marah. Pernah aku melihat, dan mendengar, ibuku berdoa dalam sholatnya, yang intinya ia bertanya padaNya, apa salahnya dan suaminya sehingga Allah berikan cobaan epilepsy untuknya. Aku merenung memikirkan ayah ibu serta kemalangan nasib adikku. Apakah nanti adikku dapat berkeluarga, apakah ada wanita yang mau menikah dengannya, sedangkan dia, setiap harinya tak kurang dari 50 kali ia kejang-kejang dengan mulut berbusa, hidupnya harus berhati-hati terhadap air, dan api, maupun benda-benda tajam yang membahayakannya, sedangkan kami keluarga biasa, bukan orang yang bergelimangan harta. Aku terlalu jauh berpikir, semakin aku berpikir, otakku semakin tertutup memasukkan bahan ujian diotakku. Aku berdiri dan berjalan lagi masuk rumah, tak ku lihat Bambang di tempatnya, ku pikir ia telah pergi lagi, tak tahu kemana, biasanya ia main kerumah Wa KO saudara kami di belakang rumah, duduk diterasnya, dan mengobrol disana. Ku tahu secara naluri ia ingin hidup normal, kalau bisa ia ingin sekali bermain dengan teman-teman SDnya, naik sepeda bersama, yang tentunya teman-temannya sekarang saya yakin telah menjalani hidupnya masing-masing baik sekolah maupun berkerja. Kami tak kwatir jika Bambang main di Wa KO , karena Beliau sudah paham dengan penyakit adikku dan akan membantunya. Ku lihat ibuku sedang menggoreng tempe dan akan memasak sayur kangkung kesukaanku.”Ku bantu ya Bu? Tanyaku padanya, ku lirik wajah tuanya yang lelah dan ku dengar ia berkata “ Tidak usah Sri, kamu harus belajarkan? Besok ujian, jangan sampai nilaimu rendah, nanti beasiswa kualihmu dicabut”. Aku hanya tersenyum dan segera ku potong sayuran kangkung yang dari tadi berdiam diri sendirian tak terjamahkan, dan ku katakana padanya”santai saja Bu, masalah beasiswa, insya Allah masih aman, nilai saya juga masih diatas nilai minimal yang ditentukan universitas” “Bambang kemana Bu?” tanyaku padanya mengalihkan pembicaraan, meski ku tahu kemana biasanya ia pergi”main ke Wa KO” katanya aku hanya terdiam, sejujurnya aku ingin berkata sesuatu, agar ikhlas dengan penyakit anakknya namun aku bingung menyampaikanya, karena ku sadar aku hanyalah anak yang tak tahu apa-apa tentang beban orang tua. “Sri, apakah penyakit epilepsy tidak dapat disembuhkan? Mendengar pentanyaannya, aku sedikit kaget namun aku merasa mempunyai kesempatan untuk menyampaikannya. “bu, semua penyakit itu ada obatnya, kecuali kematian, demikian juga epilepsy” ku berhenti sejenak ku lihat ibuku tak merespon, ku tahu mesti bayak pikiran yang bersemayam dalam kepalanya. Ku lanjutkan pernyataanku” Bu, bukankah ibu dan ayah telah berusaha keras, habis-habisan mengobati bambang, mukin Allah belum memberi kesembuhan, sekarang ibu tawakal saja menyerahkan semuanya pada kehendak Allah, Bu Allah itu memberi yang terbaik untuk makhluknya, termasuk memberi epilepsy pada Bambang, mesti ada baiknya. Kalau dipikir-pikir, itu lebih baik buat bambang, coba bayangkan, kalau Bambang sehat, bisa jadi ia akan sangat nakal, sakit saja dia bandel, apalagi sehat, bisa-bisa hari-harinya di luar rumah. Selain itu, bukannya selama ini yang menemani ibu di rumah itu Bambang?, mana bisa saya, dan adik-adik lain, menemani ibu, kitakan sering di luar rumah, kita harus sekolah. Dan satu lagi Bu, saya mendengar hadis nabi, bahwa suatu ketika, Nabi Muhammad Saw, kedatangan seorang wanita yang minta di do’akan, agar ia sembuh dari penyakit epilepsynya, namun Nabi menawarkan padanya, dapat nabi do’akan dan ia sembuh, atau ia ikhlas dengan penyakitnya dan mendapat surgaNya, wanita itu memilih ikhlas dan minta dido’akan agar ketika kejang-kejang auratnya tidak terbuka. Jadi bu, semoga saja Bambang akan mendapat surgaNya kelak, amin, karena kehidupan surga itu lebih enak dari pada dunia ini” ku hentikan ceramahku yang kepanjangan dan terdengar sok piter itu, lagi-lagi kulihat wajahnya yang hampir selesai menggoreng tempe, ku lihat senyuman kecil dari bibirnya, aku meresa lega. Ia sadar aku melihatinya, iapun mengalihkan pembicaraan dengan berkata” ini sri , tempe gorengnya dah matang, kamu bisa mencicipi, untuk kangkungnya, kamu saja yang masak ya? Ibu mau melihat dan mengantarkan tempe goreng ini ke Bambang” aku tersenyum dan tertawa dalam hati ku jawab”iya bu” ku lihat ibuku pergi, berjalan ke rumah Wa Ko, dengan beberapa potong tempe goreng di dalam piring di tangannya.

Rabu, 16 Mei 2012

puisi

Makna Hidupku

Ku berpikir tentang kehidupan
Kutemukan kejenuhan
Kuberpikir tentang kematian
Kutemukan ketakutan
kujalani hidup apa adanya
ku dapati kekosongan jiwa
kujalani hidup dengan agama
kutemukan kepastian
kepastian hidup lebih utama
kumerenung dalam kesepian
kutemukan kesendirian
kutemukan kebencian
kutemukan kegundahan
kutemukan kemarahan
bukan hidup seperti ini yang ku mau
bukan banyaknya waktu yang terbuang
bukan banyaknya makanan yang dimakan
bukan banyaknya pujian yang dilontarkan
bukan kemunafikan yang kulakukan
hidupku lebih berharga
jika berguna
dan hidup lebih tenang
jika dengan agama kita bisa istiqomah

artikel

Hay mahasiswa apa yang kau lakukan membelakangi yang harus dilakukan Inilah kehidupan kami sebagai mahasiswa dengan segudang talenta membuat kami lupa tujuan kami sebelumnya. Lupa akan impian besar kami tempo dulu. Waktu SD tak sedikitpun terlintas menjadi mahasiswa, impian waktu itu hanyalah bermain, kelak ketika dewasa menjadi manusia yang dikagumi, membanggakan keluarga, kalau perlu menjadikan teman iri pada kami. Kami sadar orang tua kami tidak cukup uang untuk menyekolahkan kami sampai sarjana. SD,SMP,SMA telah kami lewati meski sedikit krikil dan kesabaran berjalan bersamaan. Sehingga sempat dalam hati kami berjanji, kami meminta , kami harap, kepada Allah, ingin rasanya kami kuliah, kami janji akan belajar giat, meraih prestasi, menjadi kebanggaan ayah ibu, menjadi contoh, meraih mimpi-mimpi besar kami tempo dulu. Sekarang kami telah menjadi mahasiswa sekarang apa yang kami lakukan ?? apakah benar kami membuat bangga mereka, apakah benar kami berprestasi, diluar dugaan kami, krikil kecil sewaktu memperjuangkan sekolah dulu berubah menjadi batu besar yang menimpa kami, kesabaran yang dulu menyertai kami sekarang kepasrahan pada hawa nafsu yangbersemayam dalam diri kami. Menjadikan batu yang menghadang kami semakin besar dan membuat kami meyerah pada arus, arus moral sesat mahasiswa yang jelas-jelas merusak kami, itu semua Karena tipisnya iman yang ada dalam kalbu kami. Kadang kami bertanya dalam hati apakah masih ada kesempatan untuk bangkit? Seolah kami malu melangkah, dan seolah Allah tidak mau menatap kami lagi, melihat diri kami yang hitam karna terbawa arus pergaulan tanpa kendali. Teori-teori kebaikan sering kami dengar bahkan sesekali kami ucapkan itulah setan yang membantu mengikis keimananku. Bukan salah setan, kami dengar Allah memberi kami pendengaran, penglihatan dan mata hati tapi seolah hati kami mati dan yang membunuh hati kami adalah kami sendiri. Berbagai tameng kami gunakan guna menutup keburukan kami, berbagai alasan kebaikan kami syiarkan melindungi dosa-dosa kami, dosa kecil menurut kami tapi mungkin dosa kecil itu menggunung menjadi dosa besar. Gejolak muda kami membuat kami lupa diri, kekuatan muda kami membuat kami percaya diri dan berbagai talenta kami membuat kami berani tak perduli, masa bodoh hidup diakherat, umur kami yang muda membuat kami yakin ada waktu untuk bertaubat. Jika kami merenung dalam kesendirian, dalam kegelapan, mengingat mereka dibalik hidup kami dulu sebelum menjadi mahasiswa, ingin rasanya kami menangis dalam kesendirian yang menurut kami tidak ada gunanya. Kami iri pada mereka yang perduli pada kemiskinan, ketidakadilan, dan kerusakan alam, bahwa begitu mulianya mereka mahasiswa yang berguna, adakah waktu kami untuk berubah?? Tunjukan jalannya Allah!!!

Skenario Allah dalam do'a kita

Menjadi mahasiswa prodi pendidikan Administasi Perkantoran (P.ADP) 2012 fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Yogyakarta(UNY), tidak pernah saya impikan apa lagi saya cita-citakan, karena saya sadar terlahir dari pasangan Casmid dan Sairoh, orang tua saya yang hanya petani biasa dengan lahan menyewa lebih-lebih saya anak ke 4 dari 9 bersaudara rasanya terlalu berani berkeinginan kuliah. Tahun 2004 ketika dinyatakan lulus dengan nilai yang standar saja yaitu rata-rata tidak sampai 8, saya bersikeras tidak mau berhenti, saya memaksa agar disekolahkan minimal SMP, saya tidak mau mengikuti jejak ke-3 kakakku yang hanya lulusan SD dan berkerja di Warung Tegal sebagai pembantu yang penghasilannya tidak sampai 4 ratus ribu perbulan. Setiap seusai sholat fardu saya sempatkan berdoa kapada yang Maha menetapkan segala sesuatu, yang mampu membolak-balikkan hati manusia, dan sanggup mengubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Alhamdulillah do’a saya didengarNya dan dikabulkan olehNya, orang tua menyekolahkan saya di SMP N I Dukuhturi. Sudah menjadi sifat manusia yang tidak pernah puas, ketika sudah diizinkan sekolah hingga SMP ternyata batin saya belum puas, timbul keinginan untuk melanjutkan sekolah hingga SMK. Setiap selesai sholat fardu saya sempatkan berdo’a padaNya, agar saya dapat sekolah sambil berkerja syukur-syukur dapat sekolah gratis dapat gaji pula karena terinspirasi dengan STAN (Sekolah Tinggi Akutansi Negara). Saya bukan hanya pandai berdoa tanpa ada usaha, saya menyadari bahwa Allah akan memutuskan segala sesuatu untuk kita yang terbaik menurutNya dan sesuai dengan usaha yang kita tunjukan kepadaNya. Selama menjadi siswa SMP dari tahun pertama hingga sekarang kadang saya sempatkan puasa senin kamis, lebih-lebih dalam ujian ataupun ulangan saya selalu berusaha untuk mengerjakan sendiri sehingga sepenuhnya nilai yang saya dapatkan murni 95% hasil sendiri sedangkan 5%nya itu saya dengar dari teman-teman yang saling berbisik. Bagi saya cukup Allah yang menilai usaha kita, karena pada dasanya Allahlah yang membuat keputusan akhir untuk kita. Semangat melanjutkan SMK benar-benar membara dalam diriku, ku jelaskan kepada orang tua bahwa lulusan SMP tidak menjamin mendapatkan pekerjaan yang layak, saya gunakan alasan itu mengingat orang tua saya yang hanya lulusan SD. Sebenarnya itu bukanlah alasanku untuk melanjutkan ke SMK, alasan sebenarnya saya termotifasi oleh halaman sampul belakang buku Lembar Kerja Siswa(LKS) Bhs. Indonesia yang isinya” Saya anak Indonesia tidak perduli kelak akan menjadi apa, tapi yang pasti impian saya adalah sekolah setinggi-tingginya” Hidup ini memang penuh misteri, segala sesuatunya tidak bias di tebak, dan Allahlah penulis Skenario hidup kita, demikian yang saya alami ketika awal lulus SMP dan Mendaftar di SMK N I Dukuhturi. Orang tua sewaktu saya dinyatakan lulus SMP di dalam dompetnya tidak ada uang lebih, hanya cukup untuk makan sehari-hari, melihat hal itu rasanya pesimis mereka akan menyekolahkan saya, namun Allah mahir membolak-balikkan hati manusia, Ayah saya bersedia menyekolahkan saya dengan menggadaikan kalung emas ibu di penggadean. Subhanallah ternyata Allah memberi penerangan kepada Ayah saya melalui Wali Kelas saya pak Ali Shodikin, agar saya lebih baik melanjutkan. Saya senang dengan matematika terbukti dengan nilai ujian nasional matematika saya yang mutlak angka 10, sehingga saya tertarik mengambil progam kejuruan Akuntansi. Namun, apa dikata, Allah memang telah mengabulkan do’a saya tetapi Allah berkehendak lain, saya masuk program kejuruan Administrasi perkantoran, jurusan yang tidak saya sukai apalagi saya inginkan. Meski terpaksa saya mencoba menerima kenyataan itu, daripada tidak sekolah. Sekali lagi Allah menguji keikhlasan saya, awal menjadi siswi SMK N I Dukuhturi terdengar wacana bahwa bagi siapa yang nilai ujiannya masuk 15 besar di sekolahnya berhak gratis SPP selama 6 bulan. Ingin rasanya saya marah dengan Allah, saya belajar serius, ibadah saya lakukan, tidak mencontek, waktu try out 3X saya selalu masuk 10 besar namun ketika hasil kelulusan ternyata saya duduk di urutan ke 17, sehingg beasiswa gratis SPP 6 bulan itu bukan untuk saya. selama menjadi siswi SMK N I Dukuhturi merupakan hal berat bagi saya karena saya harus ikhlas tidak membeli makanan saat istirahat mengingat uang saku saya Cuma seribu rupiah itupun tidak setiap hari, lebih-lebih saya memakai sepeda ke sekolahnya sehingga uang saku untuk berjaga-jaga barang kali ada sesuatu dijalan Selama perjalanan kurang lebih 30 menit itu. Ada manfaatnya juga dengan tidak beli makanan saat istirahat, karena waktu istirahat saya gunakan untuk bermain di Perpustakaan sekolah.membuka jendela dunia disana. Seperti yang saya katakana bahwa Allah itu pembuat scenario terbaik hidup kita, jurusan administrasi prkantoran yang saya jalani dengan ikhlas meski tidak suka ternyata mengantarkan saya diterima menjadi mahasiswa penerima Bidik Misi di UNY, tanpa biaya pendidikan sepesrepun plus dapat gaji perbulan, bisa jadi kalau saya ngotot minta akuntasi sebagai jurusan saya kemungkinan kecil saya mendapatkan beasiswa itu karena juara 2 lomba kompetensi siswa (LKS) tingkat kabupaten itulah yang dipertimbangkan dalam penyeleksiannya. Selain itu do’a-do’a saya tentang beasiswa tempo dulu sengaja Allah simpankan dan baru dijawab setelah saya lulus SMK. Bahkan sebelumnya saya sempat pesimis dapat Bidik Misi mengingat lulusan bulan april, Pengumuman Bidik Misi bulan Juni sehingga waktu sebulan setengah saya isi dengan berkerja di Bogor, akibanya sayapun mengalami kebingungan antara berkerja dengan penghasilan 8 ratus ribu perbulan atau kuliah. Hati saya condong kuliah namun saya memikirkan orang tua, yang sudah lama ingin agar saya berkerja sehingga dapat memberi penghasilan untuk mereka selain itu meskipun kuliah tidak dipungut biaya namun jarak Tegal-Yogyakarta cukup jauh, pulang pergi 120ribu, tempat tinggalpun belum ada, tidak ada sanak saudara pula, namun berbekal kepercayaan kepada Sang penulis Cerita Hidup saya, dalam do’a yang saya panjatkan ditengah malam setelah sholat istiharoh, kupastikan langkahku untuk kuliah, dengan ridhoNya meluruskan segala urusanku untuk kuliah.

cerpen

Tersenyumlah Nisa Sahabat Karibku “ Nis, subhanallah banget, film tadi itu bagus banget, insfiratif, dan menarik tentunya” sepanjang jalan pulang tak habis-habisnya ku mengoceh tentang film yang 15 menit lalu kami tonton di dalam bioskop tentunaya. Namun hanya senyuman yang nampak dari bibir mungilnya yang terlihat setiap aku selesai berbicara. Ku hentikan ceritaku dan mencoba untuk serius dan bertanya” kenapa Nis? Apakah kamu ada masalah? Kemana perginya kecerewetan kamu yang unik itu?” ku lirik ia yang tiba-tiba tertawa dan berkata ”tidak ada, Syah, saya Cuma lapar belum makan pagi” aku kaget sejenak dan sempat terbengong hingga secara mendadak akupun tertawa dan berkata ”walah, ternyata kelaparan ya? kenapa ga bilang dari tadi? ayo kita mampir ke Warung Dasyat depan jalan makan mie ayam kesukaanmu? Sambil menganyunkan jari telunjuk kanannya mirip adegan Shahrulkhan dalam film india”Kuch kuch ho ta hai” iaa berkata” enggalah, aku masak sendiri di kos, kamu tahu itukan? Ku lihat wajahnya, sepertinya ada yang disembunyikan dariku. “wah iya aku lupa, kalau gitu boleh dong aku ikut makan dikosmu? kita berteman sudah setahun, tetapi sedikitpun aku belum pernah mencicipi masakanmu” mendengar perkataanku sambil membuang bunga kumis kucing yang ia dapatkan dijalan tadi katanya sambil senyum “ jangan sekarang ya Syah? kamarku lagi berantakan, aku juga belum ke pasar, jadi kapan-kapan saja” belum sempat ku menanggapi, ia sudah menyodorkan tangannya memberi tanda hendak berpisah, akupun menyodorkan tanganku berjabat tangan, hal itu biasa kami lakukan ketika berjumpa maupun berpisah agar kami saling memaafkan setiap kesalahan yang sengaja maupun tidak sengaja yang kami buat, sambil mengucapkan salam iapun pergi berjalan menuju kosnya yang 2X3 itu, tanpa isi yang lengkap hanya tikar berbantal baju yang dibuntel menjadi satu, ironis memang ,jika melihatnya, bagi mereka yang belum mengenalnya tentu akan merasa kasihan, namun saya telah mengenalnya, uang beasiswa yang ia dapatkan cukup banyak, 600 ribu perbulan, tabungannya pun lumayan, hampir setiap bulan ia menyisihkan minimal 300ribu, kalau ia mau tentu orang tuanya dapat mengiriminya lagi, namun ia bertekat tidak mau melibatkan keluarganya apalagi orang lain untuk membantunya. Ia juga salah satu orang yang tidak suka dengan kenikmatan-kenikmatan yang berlebihan, ia hanya mau kecukupan, sederhana, dan hidup secara biasa. Unik pikirku, hanya sedikit orang yang berpikiran seperti dia, bahkan akupun masih sulit menirunya.andai aku seorang pria tentu dia menjadi idamanku pikirku dalam hati. Akhirnya akupun berjalan sendiri menuju kosku, 15 menit dari gang kos Nisa, orang lalu lalang, ada yang bersepeda, motoran, bahkan mobilan, anak-anak di lapangan sedang asyik bermain bola, ibu-ibu asyik duduk-duduk berbincang-bincang hal yang tak ku tahu dan yang pasti ga mau ku tahu,dan ada kakek tua memakai baju kusut berwarna abu-abu yang sedang memperbaiki atap rumah, bahkan teman yang menyapaku sambil menaiki sepeda motor merahnya yang saya rasa itu Budi tidak aku tanggapi, pikiranku masih melayang pada sahabatku Nisa, yang ku kenal 1 tahun yang lalu tepatnya waktu ospek. Gadis desa anak petani biasa yang mendapatkan beasiswa kuliah gratis dari pemerinta tentu tidak saya impikan sebelumnya, itu hal luar biasa yang Allah berikan padaku. Sambil berjalan seorang diri menuju kosku, ku coba mengingat kenangan indah saat pertama mengenalnya. Ia gadis cantik dan lincah plus mempunyai percaya diri yang tinggi yang pernah saya lihat, dari sekumpulan mahasiswa baru yang bekumpul tanpa memandang SARA, bersama-sama mendengarkan hal-hal yang jujur aku ragukan kegunaanya melalui serangkaian acara penyambutan mahasiswa baru dari senior kami. “siapa diantara kalian, yan berani maju kedepan dan mencerritakan tentang siapa kalian” itu teriakan dari senior kami, dari barisan tengah deretan ke tiga ku lihat ada yang mengangkat tangan dan berjalan kedepan dengan PDnya, menyambar mix yang tersedia dan mulai memperkenalkan dirinya dimuka umum. Berani sekali pikirku, tapi akupun tidak terkejut, dan saya yakin teman-teman yang lainpun berpikiran yang sama denganku tentang dia, mengingat sejak awal memang dia yang paling PD diantara kami. Namanya Khoerunissa, lahir 18 tahun yang lalu, bintangnya Pisces, dan yang mengagetkan ternyata dia satu kota dengaku yaitu Tegal, meski bukan satu kecamatan apalagi satu desa, tapi saya cukup senang mengenalnya, karena sejak awal entah mengapa aku senang melihanya, seolah-olah ia teman akrabku. Ospek hari terakhir, mati lampu, sedangkan Hpku batu batrenya habis, jam dikospun belum ada, sehingga terpaksa aku datang sedikit pagi, tetapi justru kepagian, terbukti dari heningnya kampus tanpa satupun mahasiswa baru selain aku, hanya terlihat senior yang berkerja keras menyiapkan ospek penutupan hari ini. Untuk menghilangkan keboringanku, akupun mencari tempat untuk duduk dan mencoba menyalurkan hasrat menulisku, dan ku temukan tempat duduk kosong depan perpustakaan kampus yang mengarah pada lapangan tempat kami duduk berkumpul mendengarkan dan mengikuti serangkaian acara ospek yang membosankan bagiku. Setelah ku keluarkan buku catatan baruku, menggantikan bukuku yang hilang di bis waktu berangkat dari Tegal ke Jogya kemarin, meski berat memulai dari awal, tetapi tidak ada salahnya. Satu hal yang ku pikirkan untuk mencari tema ceritaku, yaitu kisahku. Ku mulai menggerakkan penaku dalam buku itu, menuangkan kata demi kata menjadi kalimat yang telah ku rangkai di otakku sebelumnya. Baru selesai satu paragraph aku menulis, terdengar suara lembut dari belakangku sambil menyodorkan sesuatu yang sepertinya aku mengenalnya”Syah, bukankah ini bukumu? Saya temukan di bis 7 hari yang lalu, dan aku melihat fotomu juga sehingga aku yakin ini tentunya buku kamu.”ku ambil buku itu dan ku buka-buka isinya ternyata memang benar ini bukuku, senang rasanya hatiku menemukan sesuatu berharga yang sempat hilang.” Terima kasih Nis, kau tahu buku ini, penting bagiku” ku lirik wajah cantinya, ia tersenyum dan duduk disampingku sambil berkata “iya, aku tahu, tapi sebelumnya aku minta maaf karena aku membaca isi buku itu, tapi aku rasa aku sedikit banyak mengenal dirimu, dan saya yakin kita bisa jadi teman akrab, apakah kamu mau menjadi temanku? Jujur mendengar ucapannya hatiku senang sekali, selama inipun aku dijogja belum mendapatkan teman “Iya tentu” kamipun saling bercerita, berbagi pengalaman bahkan cerita kami masih berlanjut dalam forum ospek yang seharusnya mendengarkan materi, tapi rasanya seperti sihir, kami benar-benar cocok. Terdengar suara sirine ambulan membangunkan pikiranku tentang dia tempo dulu, dan akupun kaget tenyata gang arah kosku terlewat, hingga akhirnya ku harus banting setir memutas arah. Sehingga akhirnya sampai kos juga, cukup lelah kakiku berjalan hampr 30 menit dari bioskop ke kos, “coba kalau punya kendaraan tentunya tidak selelah ini”pikirku dalam hati ku buka kunci kamarku, kurebahkan badanku, hendak memejamkan mata, tidur sejenak menghapus kelelahan dan kepenatan otakku memikirkan sifat dia yang ku rasa janggal, belum sempat kupejamkan mataku Hpku berdering, terlihat nomor baru memanggil, kuangkat telponya, bertanya siapa, ada apa? setelah beberapa detik tak terdengar suara, tenyata Nisa, belum ku bertanya kenapa nomornya ganti ia berkata “ Syah aku ini keterlaluan ya?”ko bisa?”kataku. “kau tentu tahu perubahan sikapku setelah melihat film tentang ibu tadikan? Ada beberapa hal yang belum kau tahu Syah, tentang diriku, bahwa semenjak 3 bulan di Jogja aku belum pernah komunikasi dengan keluarga, hatiku sekarang keras seperti batu, kepekaanku dan rasa perduliku terhadap keluarga di rumah seolah hilang, ketika mendengar adikku sakitpun hingga dirawat, tak sedikitpun aku sedih, dan bahkan aku sekarang cenderung angkuh, berdoa padaNyapun tidak, setiap kewajibanNya sebatas aku laksanakan biasa-biasa saja, mukin ini hukuman dariNya, HPku hilang tadi, waktu ku tinggal mandi, sekarang aku pinjam Hp Yeni, seolah-olah ini teguranNya, kemarin-kemarinpun hatiku mengalami kegundahan,pikiranku kalud, hatiku tak tenang, seolah-olah hidup tetapi terasa mati, hari ini aku putuskan pulang ke Tegal, berharap di rumah jiwaku yang pergi dapat kembali, saya minta maaf kalau punya salah ya? Doakan aku semoga sampai tujuan, sudah ya? dah Syah, sampai ketemu nanti, aku berlibur seminggu di Rumah tolong di ijinkan. Makasih.” Ia menutup telponnya tanpa mengijinkan ku berbicara sedikitpun, tapi sedikitpun aku tak marah dengan sifatnya itu, karena saya mengenalnya, sifatnya itu menunjukan bahwa sedang bingung dan galaunya hatinya. Ku tulis sms pesan singkat dinomor yang dipakainya “Nis, hati-hati di jalan, kalau memang lebih baik pulang, jangan ragu untuk pulang, jemput senyum dan keceriaanmu di Tegal, kalau sudah ketemu, marahin dia dan ikat dia jangan sampai lepas, jangan biarkan dia pergi lagi, aku ingin melihatnya” setelah tekirim, ku lanjutkan tidur ku yang tertunda.

Kamis, 03 Mei 2012

pengetahuan umum

Ekspor Impor Indonesia BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Negara-negara manapun di dunia ini tentu tidak terlepas dari akitifitas perdagangan dengan negara lain, seiring perkembangannya maka tiap negara memiliki komoditas andalan untuk diperdagangkan dengan negara lain. Setiap negara memiliki sumber daya alam yang berbeda-beda satu sama lain yang tidak terdapat di negara lain, suatu negara yang membutuhkan komoditi yang tidak tersedia di negaranya tetapi tersedia di negara lain, maka negara tersebut akan melakukan perdagangan atau pertukaran komoditi dengan negara lain sehingga terjadilah kegiatan ekspor dan impor tiap negara. Karena pentingnya hal itu maka tiap negara melakukan kebijakan ekspor-impor. Ekspor impor merupakan kegiatan perdagangan yang memerlukan perhatian khusus bagi pemerintah kita dimana begitu beraneka ragamnya permasalahan yang dihadapi. Oleh karena dilatarbelakangi hal itulah penulis mengangkat judul “Ekspor dan Impor Indonesia”. 2. Rumusan Masalah Adapun masalah-masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : • Bagaimana Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia? • Bagaimana kondisi ekspor impor indonesia dewasa ini? • Apa saja faktor-faktor pendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional? 3. Tujuan Penulisan Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas terstruktur dari mata kuliah Teori Ekonomi Makro Lanjutan yang dibimbing oleh dosen mata kuliah yang bersangkutan. Selain itu juga sebagai pembelajaran untuk penulis sendiri untuk berbagi ilmu kepada pembaca dan menambah pengetahuan tentang ekspor impor. BAB II Kajian Teori 1. Model Ricardian Model Ricardian memfokuskan pada kelebihan komparatif dan mungkin merupakan konsep paling penting dalam teori pedagangan internasional. Dalam Sebuah model Ricardian, negara mengkhususkan dalam memproduksi apa yang mereka paling baik produksi. Tidak seperti model lainnya, rangka kerja model ini memprediksi dimana negara-negara akan menjadi spesialis secara penuh dibandingkan memproduksi bermacam barang komoditas. Juga, model Ricardian tidak secara langsung memasukan faktor pendukung, seperti jumlah relatif dari buruh dan modal dalam negara. 2. Model Heckscher-Ohlin Model Heckscgher-Ohlin dibuat sebagai alternatif dari model Ricardian dan dasar kelebihan komparatif. Mengesampingkan kompleksitasnya yang jauh lebih rumit model ini tidak membuktikan prediksi yang lebih akurat. Bagaimanapun, dari sebuah titik pandangan teoritis model tersebut tidak memberikan solusi yang elegan dengan memakai mekanisme harga neoklasikal kedalam teori perdagangan internasional. Teori ini berpendapat bahwa pola dari perdagangan internasional ditentukan oleh perbedaan dalam faktor pendukung. Model ini memperkirakan kalau negara-negara akan mengekspor barang yang membuat penggunaan intensif dari faktor pemenuh kebutuhan dan akan mengimpor barang yang akan menggunakan faktor lokal yang langka secara intensif. Masalah empiris dengan model H-o, dikenal sebagai Pradoks Leotief, yang dibuka dalam uji empiris oleh Wassily Leontief yang menemukan bahwa Amerika Serikat lebih cenderung untuk mengekspor barang buruh intensif dibanding memiliki kecukupan modal. BAB III Pembahasan 1. Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia Sejak tahun 1987 ekspor Indonesia mulai didominasi oleh komoditi non migas dimana pada tahun-tahun sebelumnya masih didominasi oleh ekspor migas. Pergeseran ini terjadi setelah pemerintah mengeluarkan serangkaian kebijakan dan deregulasi di bidang ekspor, sehingga memungkinkan produsen untuk meningkatkan ekspot non migas. Pada tahun 1998 nilai ekspor non migas telah mencapai 83,88% dari total nilai ekspor Indonesia, sementara pada tahun 1999 peran nilai ekspor non migas tersebut sedikit menurun, menjadi 79,88% atau nilainya 38.873,2 juta US$ (turun 5,13%). Hal ini berkaitan erat dengan krisis moneter yang melanda indonesia sejak pertengahan tahun 1997. Tahun 2000 terjadi peningkatan ekspor yang pesat, baik untuk total maupun tanpa migas, yaitu menjadi 62.124,0 juta US$ (27,66) untuk total ekspor dan 47.757,4 juta US$ (22,85%) untuk non migas. Namun peningkatan tersebut tidak berlanjut ditahun berikutnya. Pada tahun 2001 total ekspor hanya sebesar 56.320,9 juta US$ (menurun 9,34%), demikian juga untuk eskpor non migas yang menurun 8,53%. Di tahun 2003 ekspor mengalami peningkatan menjadi 61.058,2 juta US$ atau naik 6,82% banding eskpor tahun 2002 yang sebesar 57.158,8 juta US$. Hal yang sama terjadi pada ekspor non migas yang naik 5,24% menjadi 47.406,8 juta US$. Tahun 2004 ekspor kembali mengalami peningkatan menjadi 71.584,6 juta US$ (naik 17,24%) demikian juga ekspor non migas naik 18,0% menjadi 55.939,3 juta US$. Pada tahun 2006 nilai ekspor menembus angka 100 juta US$ menjadi 100.798,6 juta US$ atau naik 17,67%, begitu juga dengan ekspor non migas yang naik 19,81% dibandingkan tahun 2005 menjadi 79.589,1 juta US$. Selama lima tahun terakhir, nilai impor Indonesia menunjukkan trend meningkat rata-rata sebesar 45.826,1 juta US$ per tahun. Pada tahun 2006, total impor tercatat sebesar 61.065,5 juta US$ atau meningkat sebesar 3.364,6 juta US$ (5,83%) dibandingkan tahun 2005. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya impor migas sebesar 1.505,2 juta US$ (8,62%) menjadi 18.962,9 juta US$ dan non migas sebesar 1.859,4 juta US$ (4,62%) menjadi 42.102,6 juta US$. Pada periode yang sama, peningkatan impor terbesar 54,15% dan non migas sebesar 39,51%. Dilihat dari kontribusinya, rata-rata peranan impor migas terhadap total impor selama lima tahun terakhir mencapai 26,15% dan non migas sebesar 73.85% per tahun. Dibandingkan tahun sebelumnya, peranan impor migas meningkat dari 30,26% menjadi 31,05% di tahun 2006. Sedangkan peranan impor non migas menurun dari 69,74% menjadi 68,95%. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor (juta US$), 1980-2006 Tahun Non Migas Migas Total Ekspor Impor Ekspor Impor Ekspor Impor 1980 6.168,8 9.090,4 17.781,6 1.744,0 23.950,4 10.834,4 1981 4.501,3 11.550,8 20.663,2 1.721,3 25.164,5 13.272,1 1982 3.929,0 13.314,1 18.399,3 3.544,8 22.328,3 16.858,9 1983 5.005,2 12.207,0 16.140,7 4.144,8 21.145,9 16.351,8 1984 5.869,7 11.185,3 16.018,1 2.696,8 21.887,8 13.882,1 1985 5.868,9 8.983,5 12.717,8 1.275,6 18.586,7 10.259,1 1986 6.528,4 9.632,0 8.276,6 1.086,4 14.805,0 10.718,4 1987 8.579,6 11.302,4 8.556,0 1.067,9 17.135,6 12.370,3 1988 11.536,9 12.339,5 7.681,6 909,0 19.218,5 13.248,5 1989 13.480,1 15.164,4 8.678,8 1.195,2 22.158,9 16.359,6 1990 14.604,2 19.916,6 11.071,1 1.920,4 25.675,3 21.837,0 1991 18.247,5 23.558,5 10.894,9 2.310,3 29.142,4 25.868,8 1992 23.296,1 25.164,6 10.670,9 2.115,0 33.967,0 27.279,6 1993 27.077,2 26.157,2 9.745,8 2.170,6 36.823,0 28.327,8 1994 30.359,8 29.616,1 9.693,6 2.367,4 40.053,4 31.983,5 1995 34.953,6 37.717,9 10.464,4 2.910,8 45.418,0 40.628,7 1996 38.093,0 39.333,0 11.721,8 3.595,5 49.814,8 42.928,5 1997 41.821,1 37.755,7 11.622,5 3.924,1 53.443,6 41.679,8 1998 40.975,5 24.683,2 7.872,1 2.653,7 48.847,6 27.336,9 1999 38.873,2 20.322,2 9.792,2 3.681,1 48.665,4 24.003,3 2000 47.757,4 27.495,3 14.366,6 6.019,5 62.124,0 33.514,8 2001 43.684,6 25.490,3 12.636,3 5.471,8 56.320,9 30.962,1 2002 45.046,1 24.763,1 12.112,7 6.525,8 57.158,8 31.288,9 2003 47.406,8 24.939,8 13.651,4 7.610,9 61.058,2 32.550,7 2004 55.939,3 34.792,5 15.645,3 11.732,0 71.584,6 46.524,5 2005 66.428,4 40.243,2 19.231,6 17.457,7 85.660,0 57.700,9 2006 79.589,1 42.102,6 21.209,5 18.962,9 100.798,6 61.065,5 2. Kondisi Ekspor Indonesia Dewasa Ini Pengutamaan Ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983. Sejak saat itu, ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi-dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri promosi ekspor. Konsumen dalam negeri membeli barang impor atau konsumen luar negeri membeli barang domestik, menjadi sesuatu yang sangat lazim. Persaingan sangat tajam antar berbagai produk. Selain harga, kualitas atau mutu barang menjadi faktor penentu daya saing suatu produk. Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Oktober 2008 mencapai 118,43 juta US$ atau meningkat 26,92% dibanding periode yang sama tahun 2007, sementara ekspor non migas mencapai 92,26 juta US$ atau meningkat 21,63%. Sementara itu menurut sektor, ekspor hasil pertanian, industri, serta hasil tambang dan lainnya pada periode tersebut meningkat masing-masing 34,65%, 21,04%, dan 21,57% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Adapun selama periode ini pula, ekspor dari 10 golongan barang memberikan kontribusi 58,8% terhadap total ekspor non migas. Kesepuluh golongan tersebut adalah, lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, mesin atau peralatan listrik, karet dan barang dari karet, mesin-mesin atau pesawat mekanik. Kemudian ada pula bijih, kerak, dan abu logam, kertas atau karton, pakaian jadi bukan rajutan, kayu dan barang dari kayu, serta timah. Selama periode Januari-Oktober 2008, ekspor dari 10 golongan barang tersebut memberikan kontribusi sebesar 58,80% terhadap total ekspor non migas. Dari sisi pertumbuhan, ekspor 10 golongan barang tersebut meningkat 27,71% terhadap periode yang sama tahun 2007. Sementara itu, peranan ekspor non migas di luar 10 golongan barang pada Januari-Oktober 2008 sebesar 41,20%. Jepang pun masih merupakan negara tujuan ekspor terbesar dengan nilai US$11,80 juta (12,80%), diikuti Amerika Serikat dengan nilai 10,67 juta US$ (11,57%), dan Singapura dengan nilai 8,67 juta US$ (9,40%). Peranan dan perkembangan ekspor non migas Indonesia menurut sektor untuk periode Januari-Oktober tahun 2008 dibanding tahun 2007 dapat dilihat pada. Ekspor produk pertanian, produk industri serta produk pertambangan dan lainnya masing-masing meningkat 34,65%, 21,04%, dan 21,57%. Dilihat dari kontribusinya terhadap ekspor keseluruhan Januari-Oktober 2008, kontribusi ekspor produk industri adalah sebesar 64,13%, sedangkan kontribusi ekspor produk pertanian adalah sebesar 3,31%, dan kontribusi ekspor produk pertambangan adalah sebesar 10,46%, sementara kontribusi ekspor migas adalah sebesar 22,10%. Kendati secara keseluruhan kondisi ekspor Indonesia membaik dan meningkat, tak dipungkiri semenjak terjadinya krisis finansial global, kondisi ekspor Indonesia semakin menurun. Sebut saja saat ekspor per September yang sempat mengalami penurunan 2,15% atau menjadi 12,23 juta US$ bila dibandingkan dengan Agustus 2008. Namun, secara year on year mengalami kenaikan sebesar 28,53%. 3. Kondisi Impor Indonesia Dewasa Ini Keadaan impor di Indonesia tak selamanya dinilai bagus, sebab menurut golongan penggunaan barang, peranan impor untuk barang konsumsi dan bahan baku/penolong selama Oktober 2008 mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya yaitu masing-masing dari 6,77% dan 75,65% menjadi 5,99% dan 74,89%. Sedangkan peranan impor barang modal meningkat dari 17,58% menjadi 19,12%. Sedangkan dilihat dari peranannya terhadap total impor non migas Indonesia selama Januari-Oktober 2008, mesin per pesawat mekanik memberikan peranan terbesar yaitu 17,99%, diikuti mesin dan peralatan listrik sebesar 15,15%, besi dan baja sebesar 8,80%, kendaraan dan bagiannya sebesar 5,98%, bahan kimia organik sebesar 5,54%, plastik dan barang dari plastik sebesar 4,16%, dan barang dari besi dan baja sebesar 3,27%. Selain itu, tiga golongan barang berikut diimpor dengan peranan di bawah tiga% yaitu pupuk sebesar 2,43%, serealia sebesar 2,39%, dan kapas sebesar 1,98%. Peranan impor sepuluh golongan barang utama mencapai 67,70% dari total impor non migas dan 50,76% dari total impor keseluruhan. Data terakhir menunjukkan bahwa selama Oktober 2008 nilai impor non migas Kawasan Berikat (KB/kawasan bebas bea) adalah sebesar 1,78 juta US$. Angka tersebut mengalami defisit sebesar US$9,3 juta atau 0,52% dibanding September 2008. Sementara itu, dari total nilai impor non migas Indonesia selama periode tersebut sebesar 64,62 juta US$ atau 76,85% berasal dari 12 negara utama, yaitu China sebesar 12,86 juta US$ atau 15,30%, diikuti Jepang sebesar 12,13 juta US$ (14,43%). Berikutnya Singapura berperan 11,29%, Amerika Serikat (7,93%), Thailand (6,51%), Korea Selatan (4,97%), Malaysia (4,05%), Australia (4,03%), Jerman (3,19%), Taiwan (2,83%), Prancis (1,22%), dan Inggris (1,10%). Sedangkan impor Indonesia dari ASEAN mencapai 23,22% dan dari Uni Eropa 10,37%. 4. Manfaat Melakukan Ekspor Impor manfaat perdagangan internasional adalah sebagai berikut. • Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor-faktor tersebut diantaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri. • Memperoleh keuntungan dari spesialisasi Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri. • Memperluas pasar dan menambah keuntungan Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri. • Transfer teknologi modern Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih modern. 5. Faktor Pendorong Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, di antaranya sebagai berikut : • Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri • Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara • Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi • Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut. • Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi. • Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang. • Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain. • Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri. 6. Problema Ekspor Barang-barang yang diperdagangkan ke luar negeri atau di ekspor terdiri dari bermacam-macam jenis hasil bumi disamping hasil tambang dan hasil laut dan lainnya. Kita mengetahui bahwa masalah ekspor itu bukanlah persoalan yang berdiri sendiri, tetapi hanyalah sebagai ujung dari suatu kegiatan ekonomi yang menyangkut bidang yang amat luas, atau paling banyak dapat dikatakan hanya sebagai salah satu dari satu mata rantai akitifitas perekonomian pada umumnya. Hasil bumi misalnya sebagian dihasilkan oleh perkebunan-perkebunan milik pemerintah maupun swasta, sedangkan sebagian lagi oleh petani-petani kecil yang bertebaran diseluruh tanah air. Bahkan hasil-hasil itu masih bertebaran di hutan. Akan tetapi semuanya itu tidak akan menjelma menjadi devisa nyata kalau tidak diusahakan. Hasil-hasil itu setidak-tidaknya harus dikumpulkan lebih dulu sedikit demi sedikit dari tempat kecil yang terpencil di pedalaman. Dari situ harus diangkut ke kota dan kemudian dalam umlah yang agak banyak baru diagkut ke pelabuhan yang terdekat. Sampai pada taraf itu Indonesia sudah dihadapkan pada masalah-masalah tertentu, yaitu : A. Masalah pengumpulan dan masalah angkutan darat Masalah pengumpulan merupakan persoalan tersendiri, bagaimana caranya mengumpulkan barang itu dari tempat-tempat kecil dan dari produsen yang tersebar itu. Bidang prasarana ekonomi inonesia memang tidak sempurna, sehingga dalam banyak hal menjadi hambatan dalam usaha ke arah perbaikan dalam bidang-bidang lain. B. Masalah pembiayaan Rupiah ( Rupiah Financing) Persoalan pembiayaan ini merupakan pesoalan yang penting pula, apakah keuangan sendiri dari setiap pengusaha cukup kuat untuk membiayainya, ataukah tidak perlu bantuan dari bank-bank pemerintah atau badan-badan keuangan lainnya. Kalau demikian halnya sampai sejauh mana pemerintah dapat memberikan bantuan dalam pemecahan persoalan pembiayaan rupiah ini. Barang ekspor kita sebagian dihasilkan oleh produsen kecil ataupun hanya dipungut dari hutan-hutan, laut dan sungai. Produsen atau pengumpul pertama itu mempunyai tingkat pengetahuan dan cara pengolahan yang tidak sama, sehingga barang yang dihasilkan belum mempunyai mutu yang seragam, bahkan mungkin sekali belum dilakukan pengolahan sama sekali. Barang masih sedemikian itu sudah tentu belum dapat diperdagangkan ke luar negeri, tetapi masih perlu di olah lebih dahulu. C. Masalah sortasi dan Up-grading (sorting & up-grading) Baik di desa maupun di kota-kota pelabuhan barang-barang yang sudah terkumpul harus disimpan dengan baik dan dimasukkan di dalam karung ataupun peti yang kuat sehingga terhindar dari kemungkinan kerusakan selama dalam penyimpanan atau selama dalam perjalanan. Jadi dalam hal inipun tidak dapat diabaikan persoalan. 7. Aneka Cara Ekspor I. Ekspor Biasa Dalam hal ini barang di kirim ke luar negeri sesuai dengan peraturan umum yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah diadakan dengan importir di luar negeri. Sesuai dengan perturan devisa yang berlaku maka hasil devisa yang di peroleh dari ekspor ini dapat di jual kepada Bank Indonesia, sedangkan eksportir menerima pemabayaran dalam mata uang rupiah sesuai dengan penatapan nilai kurs valuta asing yang ditentukan dalam bursa valuta, atau juga dapat dipakai sendiri oleh eksportir. II. Barter Barter adalah pengiriman barang-barang ke luar negeri untuk ditukarkan langsung dengan barang, tidak menerima pembayaran di dalam mata uang rupiah. Kalau kiata mempelajari sejarah masyarakat primitif ataupun masyarkat suku terasing, maka kebanyakan cara yang mereka tempuh dalam memenuhi kebutuhannya adalah dengan cara “tukar menukar” apa yang dipunyai (diproduksinya) dengan barang apa yang di miliki tetangganya. III. Konsinyasi (Consignment) Adalah pengiriman barang ke luar negeri untuk di jual sedangkan hasil penjualannya diperlakukan sama dengan hasil ekspor biasa. Jadi, dalam hal ini barang di kirim ke luar negeri bukan untuk ditukarkan dengan barang lain seperti dalam hal barter, dan juga bukan untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah dilakukan eperti dalam hal ekspor biasa. Tegasnya di dalam pengiriman barang sebagai barang konsinyasi belum ada pembeli yang tertentu diluar negeri. IV. Package-Deal Dalam rangka memperluas pasaran hasil bumi Indonesia terutama dengan negara sosialis, pemerintah adakalanya mengadakan perjanjian perdagangan (trade agreement) dengan salah satu negara pada perjanjian ditetapkan sejumlah barang tertentu akan diekspor ke negara itu dan sebaliknya dan dari negara itu akan diimpor sejumlah jenis barang yang dihasilkan dari negara tersebut dan yang kiranya kita butuhkan. Pada prinsipnya semacam barter, namun terdiri dari aneka komoditi. V. Penyelundupan (smuggling) Di negara manapun hampir selalu ada, baik perorangan maupun badan-badan usaha yang hanya memikirkan kepentingan dan keuntungan diri sendiri tanpa mengindahkan peraturan yang berlaku. Ada saja dalam perdagangan luar negeri golongan yang berusaha lolos dari peraturan pemerintah yang dianggapnya merugikan kepentingannya. BAB IV Penutup 1. Kesimpulan Dari pembahasan yang telah dijabarkan di atas bisa disimpulkan bahwa kondisi ekspor dan impor indonesia belum bisa memuaskan disebabkan karena dalam barang non migas indonesia lebih banyak mengimpor daripada mengekspor, bisa dilihat dari data yang telah disajikan. Selain itu, dari sisi ekspor bisa dijelaskan sebagai berikut, ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi-dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri promosi ekspor. Konsumen dalam negeri membeli barang impor atau konsumen luar negeri membeli barang domestik, menjadi sesuatu yang sangat lazim. Persaingan sangat tajam antar berbagai produk. Selain harga, kualitas atau mutu barang menjadi faktor penentu daya saing suatu produk. Selain itu pengaruh dari adanya krisis keuangan yang terjadi pada bulan september 2008, menyebabkan ekspor atau permintaan barang dari luar negeri menjadi berkurang. 2. Saran 1. Komoditi ekspor Indonesia seharusnya bukanlah barang baku, sebaiknya indonesia mengolah bahan-bahan tersebut menjadi bahan jadi dan siap dipakai. 2. Penting bagi kita untuk menentukan pasar dan calon pembeli untuk memasarkan barang-barang ekspor. 3. Membuat industri barang-barang yang diimpor dari negara lain didalam negeri sehingga Indonesia bisa memenuhi komoditi-komoditi yang sebelumnya yang diimpor. DAFTAR PUSTAKA Amir MS.1986.ekspor impor. Jakarta: PPM. BPS.2006.data perdagangan internasional indonesia tahun 1980-2006. Jakarta : Badan Pusat Statistik. Boediono, DR. 1983. Ekonomi Internasional. Jogjakarta. BPFE UGM. Diposkan oleh Makalah di Dunia Ekonomi di 06:28 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz

puisi"Bosan"

Ku tak tahu ingin marah tapi sedih
Ingin pergi tapi tak tahu kemana
Terasa lama waktu bergulir
Terasa hampa angan hati
Benar boring rasa ini
Tak tahu hendak bagaimana
Terasa sepi jiwa ini
Bagaimana?
dengan apa?
Ku pasrah dengan segala ada
Meski hati tak terasa
Ku coba membuat kata
Dalam buku harian saja
4 mei 2010

artikel

Dimanakah Kau pemuda Islam?? Peranmu sekarang dibutuhkan Pendidikan karakter akhir-akhir ini di raung-raungkan dan digencarkan dalam pengajaran di bangku sekolah dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, bahkan PAUDpun tak terlewatkan. sepertinya itu menunjukan bahwa tingkat moral bangsa ini dipertanyakan? Menilai moral bangsa Indonesia saat ini dapat di lihat dari karakter masing-masing rakyatnya secara umum, bila sejenak kita berpikir dan merenungi, moral bangsa kita mulai terkikis dibawah oleh arus zaman keaarah lembah yang jauh dari Al-Qur’an dan as-sunnah. Sangatlah sedikit seorang anak yang berkata lembah lembut dan menghormati orang tua nya, banyak ana-anak mengambil contoh yang salah, sekedar mengikuti zaman tanpa tahu yang ditiru itu sesuai al-qur’an dan as-sunnah atau tidak. Pemuda yang mulai menjauh dari agama, adat ketimuran bangsa ini mulai tertekan oleh adat barat dengan teknologi dan krglamoran kehidupan dunia, dosa-dosa besar dizaman nabi dianggap hal biasa, larangan mendekati zina hanyalah wacana, sebagian besar orang tua menjadi pengarah yan salah, mereka lebih cenderung mendekatkan anak-anaknya pada ilmu-ilmu formal dari pada ilmu agama. Pada dasarnya karakter ataupun moral seseorang itu sangat terkait dengan tingkat ketakwaan terhadap Allah swt, Tuhan semesta alam. Agama islam merupakan agama yang sempurna hal itu bisa dilihat salah satunya dari pengaturan Allah kepada kita umat islam mengenai akhaq agar sesuai dengan al-Qur’an dan as-sunah. “ Sesungguhnya apa yang menurut kamu baik, belum tentu menurut Allah itu baik, dan yang menurut Allah itu baik itulah yang terbaik” kalau akhlaq kita saja ditentukan oleh Allah maka jelas akhlaq islamlah yang terbaik. Bangsa Indonesia bukan Negara islam tetapi memiliki jumlah muslim tebanyak di dunia. Seharusnya bangsa Indonesia dikenal dengan bangsa yang yang bermoral namun kenyataannya julukan Negara korupsi yang disandang bangsa kita siapa yang bersalah?? Kehidupan secra sunatullah mengharuskan kita sebagai pemuda islam menggantikan mereka para pemimpin bangsa sekarng ini, yang membawa bangsa ini dikenal sebagai bangsa korupsi, tanakan agamanya? Dan lihat pengaruh kepemimpinannya kepada kehidupan rakyat kalau kita menilai mereka berbeda jauh dengan kepemimpinan Rosulullah dan para sahabat nabi yang dapat mengantarkan islam mencapai kejayaan pada zamanya maka lihatlah tingkat ketakwaanya meskipun yang maha tahu tingkat ketawaan itu hanya Allah Swt, tetapi sudah hukum mutlak apa yang ditampakkan seseorang sangat dipegarui oleh tingkat keimnan dan ketakwaan pada Allah Swt. Nabi pernah bersabda” bahwa kelak dosa besar di zaman nabi dianggap dosa keci di zaman sekarang” apakah sudah terkihat kebenarannya? Saya rasa sudah. Bukankah hal yang tabu jika seorang muslim lawan jenis bukan mukhrim bercakap, dan berjalan bersama hanya ditemani setan, tanpa merasa malu apalagi merasa dosa. Bahka larangan Allah jangan endekati zina apakah sebagian besar pemuda islam melakukannya? Perhatikan sebagian besar akhlaq pemuda terhadap orangtua, asyarakat, dan lingkungannya, sudah jelas larangan-lrangan Allah did lam Al-qur’an hingga pemuda islam yang berakhlaq qur’ani dianggap asing. Jangan kecewa karena nabi bersabda” sesungguhnya awal kehadiran islam itu asing, kelak diakhir zaman islam akan asing, maka berununglah orang-orang ang asig” Tidak diragukan kecerdasan, keahlian, intelektual, kehebatan tekniligi pemuda sekarang, tapi kami ragu apakah pemuda sekarang ketika datang wakunya memimpin bangsa ini, dapat menjadikan menjadiakn bangsa ini lebih baik dari sebelumnya?mengingat kami ragu denga tingkat keakwaan pemuda sekarang. Karena parapemimpi islam dipuncak kejayan islam adalah peimpin-pemimpin yang dekat denag Allah hingga Allah ridho padanya menuntuny dalam setiap lagkahnya, dan nabi bersabda” jika kau tajut kepada Allah maka Allah menjaikan segala sesuatu takut padamudan jika kau tidak takut kepada allah maka Allah menjadikan kamu takut pada egala sesatu” Posisi sebagai pemuda adalah posisi yang yang paling strategis ia bisa mempengaruri dan mengubah keadaan jika kita menganggap pimpina kita tidak ideal, cabalah mluruskannya, kalau dirasa sulit dengan berbagai ikhtiar yang dilakukan tetapi sedikit tanggapan kembalikan kepad Allah yang psti usaha kita tidak akan allah sia-siakan. Jadi jangan lah bersedih karena akan datang aktu kita menggnntikan mereka,maka siapkanlah diri kita dengan ketakwaan, kescerdasan intelektual, kekuatan jasmani, dan kecerdasan emosi buktikan pad dunia bahwa islam dlah umat trbaik, menjadi pemimpin ang dridhoi allah maka kitadapat membawa bangsa ini kearah perbaikan yang pasti. Jadilah pemud islam penginspirasi yang stiap langkah kit setiap ucapan kita, dan tingah laku kita menjadikan mereka an melihat dan mengamati menjadi ingat allah dan kehidupan akherat, seta megatkan bahwa islam itu luar biasa . bagaimana caranya? 1. Luruskan niat, mentauhidkan Allah Sesunguhnya hidup ini untuk 1 tujuan yaitu Allah, tidak ada satu nikmatpun yang kita dustakan, bahwa seluruh hidup kita Allah yang mengaturnya, allah yang mengasihi dan menyayangi kita apakah panas melakukan banyak hal karena makhluk bahkan karena nafsu? Tidaklah ogis mengingat allalah yang memegang kendali atas semua makhluk termasuk manusia sebagai makluk yana serng upa dn lalai. 2. Berprinsiplah “Hidup harus Bermanfaat” Bukankah nabi Muhammad saw bersabda”Sebaik-baik orang adlah yang bermanfaat bagi oranag lain” dan allahpun berfirman” Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya, adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap dibumi(Qs. Ar-Rad:17)kita tidak tahu apakah segala amal sholeh kita diterima oleh Allah, kitapun tidak tahu amalan apa saja yang memasukkan kita kesurgaNya, setidaknya dengan hidup kita yang bermanfaat bagi pribadi, keluraga, masyarakat, bangsa dan Negara, bahkan lingkungan itu insya allah akan cukup memuaskan hati kita dan yakin bahwa selama kebaikan kita masih digunakan, pahalanya akan terus mengalir hingga akhir zaman, meski nyawa sudah tidak dikandung badan. 3. Perduli pada calon generasi islam mendatang Selama terompet izroil belum dibunyikan maka kehidupan di dunia ini akan terus berlangsung. Demikian juga keadaan islam mendatang tergantung pemersiapan kita untuk generasi mendatang, yang pasti ingatlah bahwa segala tingakah laku kita dinilai dan ditiru leh calon generasi setelah kita, jadi akan mengharapkan generasi yang lebih baik dari kita, persiapkan mereka dengan pemberian contoh qur’ani pada mereka.