Laman

Kamis, 12 April 2012

cerpen adp bikin galau

KehendakNya, mengantarkan saya pada progam studi yang sama sekali tidak saya pikirkan, bayangkan, apalagi saya cita-citakan itulah P adp. Bagi saya P. ADP tidak sedikit pun mnarik perhatian saya maskipun kata orang daya tariknya cukup menarik.
“Ar tuh ditanya dosen unsur-unsur administrasi? Terdengar suaara Mahmud sambil menepuk pundakku hingga lamunanku terputus karenanya. Segera kulirik kanan kiriku berharap ada yang membantuku menjawab pertanyaan dosen, disudut kelas terdengar kata organisai maka kuulang suara itu kusampaikan ke dosen. Dosenku hanya terseyum, kupikir dosen cukup tahu kemampuanku, segera ia melemparkan pertanyaan itu ke teman yang lain. huh, hembusan nafasku pertanda tenangnya hatiku.
Alhamdullilah…akhirnya selesai juga kuliah hari ini, meski hanya 2 mata kuliah yang tak lebih dari 4 jam, tapi bagiku terasa seharian, ingin cepat berjumpa dengan hari sabtu pikirku.
“Ar…ngelamunin apa to kamu itu, jorok ya?” belum selesai kupakai jaketku yang kusampirkan di kursiku, suara Mahmud menggodaku ”tidak, aku cuma sedang berfikir dan berangan-angan kalau aku bisa masuk pertanian tentu aku mau mengembangkan teknik prtanian yang canggih, efektif, dan efisien sehingga dapat menarik perhatian orang-orang Indonesia agar mau bertani, bagaimana pun fitrah tanah Indonesia tu cocoknya buat pertanian bukan buat industry, lagian saya rasa orang tidak akan kelaparan jika ia bertani karena umumnya yang ditanam dalam pertania itu kan bahan pangan, bener gak mud?” tanyaku padanya, kulirik dia cuma tersenyum sambil berkata “kamu salah tempat!”
“ku tak tanggapi kata0katanya, tapi sejenak kurenungkan benar juga ucapannya itu, aku seperti menelan buah simalakama ini kesempatan ku untuk kuliah terlahir dari keluarga apas-pasan mana bisa saya menolak kesempatan kuliah meski harus mau berstatus sebagai mahasiswa pendidikan administrasi perkantoran.
Sekarang saya dan Mahmud sedang berjalan menuju kantin guna mengisi perut, namun pikiranku masih blum tenang, memikirkan tugas stenografi dan mengetik manual besok yang cukup membosankan bagiku. Hari-hariku besok bakal membosankan, pikirku.
“Arya baru pulang? Bagaimana kuliah mu hari ini,? kusut sekali wajah kamu! Terdengar sapaan wilda teman kecilku ambil kusandarkan sepedaku, kujawab sapaannya “ ya gitu lah…biasa-biasa saja!” kutinggalkan Wilda yang sibuk mengurusi ternaknya dan aku segera masuk ke rumah. Kutaruh tasku yang berisi pelajaran-pelajaran yang tidak sedikit pun menarik perhatianku, kurebahkan badanku, ertidur sejenak melepas kelelahan pikiranku karena harus memikirkan hal-hal yang berbau ADP.
Setengah lima sore aku terbangun meski cuma setengah jam tertidur sudah cukup bagiku melepaskan lelahku, kuambil Wudhu setelah sholat azhar ku berjalan keladang ayahku, kuamati lading-ladang sekitarku, pikiranku tentan pertania beterbangan di otakku, ingin rasanya aku meningkatkan pertanian. Kulayangkan pandanganku ke wajah letih ayahku yang sejak pagi sampai sekarang masih bersemangat mencangkul diladangnya, kuamati dalam-dalam wajah tuanya, rasa iba bersemayam di hatiku, kasihan pikirku. Sejak muda beiau sudah terlalu lelah, tubuh kurusanya membuatku semakin tak tega melihatnya. Tapi apa yang harus kulakukan niatku membantu ayah di lading kuurungkan, kududuk di bawah pohon kelapa di sudut lading, merenungkan langkah apa yang seharusnya kuambil.
Meskipun aku tidak senang menyandang status sebagai mahaiswa P.ADPtapi kalau teringa senyum ayah ibuku saat pertama kali ku kabarkan bahwa aku dapat beasiswa di UNY kuliah tanpa biaya alias gratis, senyum ayah ibuku begitu merekah seakan senyum terindah yang pernah ku lihat, seumur hidupku. “ayah bangga sama kamu meski banyak anak orang kaya di desa ini, tapi kamu bisa kuliah, padahal kamu anak petani biasa seperti ayah, ayah bangga kepada kamu” itulah kata-kata yang membuatku senang sekaligus malu, senang karena bisa membuat keluarga bangga dan malu karena sudah 2 semester IPKku hanya rata-rata, belum pernah sedikitpun aku belajar serius, meskipun ingin rasanya ketika wisuda bisa coumloud berharap agar ayah semakin bangga padaku, tetangga iri padanya tetapi bagaimana? Dengan apa? Agar aku bisa mencintai prodiku, P.ADP
Suara adzan magrib membangunkan lamunanku, kuliha ayahku bersiap-siap akan pulan, segera ku berdiri hendak membantunya mengangkat cangkul dan ember bawaanya.
“Apa yang kamu lamunkan Ar?” Tanya ayahku membuka percakaan. Kuambil ember dan cangkul I tanganya sambil ku jawab dengan senyum Maluku” tidak yah, cuma lagi mikir yang ga penting” ayahku tersenyum sambil berkata” Bukan masalah pacarkan?” akupun tertawa kecil dan berkata” Bukanlah Yah, urusan pacar nantilah”
Meskipun seharian kelelahan berkerja tetapi ayahku masih mau bercanda dan menanggapi dialogku sampai rumah. Sikapnya membuatku semakin malu.
Bada magrib terdengar nada panggilan di HP ku ternyata mahmudmenelpon. Kuangkat dan ku Tanya tujuannya menelponku, ternyata dia ingin bertanya tentang tugas stenografi besok, kesemptan itu ku gunakan pula untuk meminta sarannya tentang kegalauan hatiku. Ternyta dia cukup bijaksana jawabanya sangup membangunkan jiwaku” Berjuanglah dan bersungguh-sunggulah di ADP sebagai wujud kebaktianmu pada orang tuamu dan wujud terimakasihmu pada pihak yang memberimu bantuan kuliahmu, dan perdalamlah tentang cita-citamu untuk dirimu, ingat banyak jalan menuju Roma, dan yakinlah bidang yang kamu geluti dan kamu maksimali itu bisa menjadi salah satu jalan kesuksesanmu” sejenak ku tediam merenungkan setiap makna perkataanya, kuresapi dalam-dalam, benar juga pikirku. “makasih” jawabku padanya
Kututup telponnya, ku masuk ke kamar, ku buka tasku yang berisi pelajaran-pelajaran yang sebelumnya tidak ku sukai tapi demi mereka ku coba mencintai P.ADP. malam ini ku akan mempelajari pelajaran besok stenografi dan mengetik manual, ku ambil buku itu dan ku buka dengan bismillah, sambil berkata “ saya bangga di ADP” Meski terdengar munafik tapi tak ada salahnya ku coba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar